CIANJUR – Kabupaten Cianjur terancam kehilangan puluhan ribu ton padi dengan kerugian lebih dari Rp 80 miliar hingga 2021. Pasalnya seribuan lahan pertanian di Kecamatan Cibeber kekeringan akibat jaringan irigasi sungai Cikondang yang belum kunjung diperbaiki.
Perlu diketahui, tanggul irigasi di Sungai Cikondang jebol pada Januari 2019. Jebolnya bangunan tanggul diduga karena sudah cukup tua. Sebab, saat terjadi peristiwa itu debit air dalam keadaan normal.
Camat Cibeber, Ali Akbar, mengatakan, saluran irigasi tersebut mengaliri sedikitnya 1.007 hektar lahan pertanian di 9 desa di Kecamatan Cibeber. Jebolnya irigasi tersebut membuat aliran air tidak normal, bahkan di musim kemarau ini lahan pertanian di wilayah tersebut terancam kekeringan hingga gagal panen.
“Selama ini lahan pertanian di 9 desa tersebut mengandalkan aliran air dari irigasi. Rusaknya irigasi tersebut tentu berpengaruh besar, terlebih di kemarau ini,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin (1/7).
Menurutnya, Pemprov sudah lakukan tender pembangunan irigasi tersebut, namun kemungkinan pembangunnnya baru dilaksanakan 2020. Bahkan diperkirakan irigasinya baru bisa berfungsi kembali pada 2021.
Ali menambahkan, lamanya proses perbaikan dan pembangunan irigasi akan berdampak pada produksi pertanian. Diperkirakan, Cianjur akan kehilangan lebih dari puluhan ribu ton padi lantaran tidak berfungsinya irigasi, mengingat dari satu hektar lahan di Cibeber bisa menghasilkan 9-10 ton padi.
Bahkan jika diuangkan, nilai kerugian akibat tidak berproduksinya pertanian di Cibeber bisa mencapai Rp 80 miliar.
“Itu kerugian hasil dari perhitungan kasar dinas terkait. Dengan hitungan luas lahan, produksi padi per hektar, serta jumlah masa tanam per tahunnya. Cibeber ini kan memang salah satu lumbung padi dengan tingkat produksi yang tinggi, makanya akan sangat berpengaruh pada produksi tingkat kabupaten,” kata dia.(bay)