CIANJUR – Penanganan permanen lereng Cagar Budaya Nasional Gunung Padang baru akan dilakukan di akhir tahun atau awal 2020. Pasalnya penanaman pohon keras untuk mencegah terjadinya kembali longsor, tidak bisa dilakukan di musim kemarau.
Juru Pelihara Gunung Padang, Sujang Jaenudin, mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur hingga sejumlah instansi terkait dari di tingkat kabupaten, provinsi dan pusat untuk penanganan longsoran di Gunung Padang.
“Untuk sementara masih sebatas penanganan darurat, dengan mamasang pasak bambu di bagian lereng tebing timur yang longsor supaya tidak terjadi lagi longsor susulan,” kata dia.
Menurutnya, untuk mencegah bencana susulan perlu dilakukan penanaman pohon keras, sebab selama ini lereng yang mengalami longsor hanya terdapat rerumputan dan pohon kecil.
Tetapi, lanjut dia, jika dilakukan penanaman pohon keras dilakukan di musim kemarau, maka pertumbuhannya tidak akan maksimal. Bahkan dikhawatirkan bibit tanamannya akan mati lantaran kekurangan air.
“Jadi kemungkinan baru dilakukan penanaman pada musim hujan. Bisa jadi di akhir tahun ini atau masuk ke program di 2020,” kata dia.
Dia mengatakan, longsoran tersebut saat ini belum memberikan dampak serius bagi kelestarian situs. Adapun pergeseran batu di kawasan utama situs terjadi diakibatkan faktor alam, mulai dari hujan dan lainnya.
“Meski begitu tetap saja ada kekhawatiran bisa memberikan dampak pada area utama situs, apalagi kalau di musim-musim tertentu yang membuat kontur tanah jadi labil ditambah dengan peningkatan jumlah pengunjung. Maka dari itu kami berharap bisa segera diperbaiki dan ditangani secara permanen,” kata dia.
Seperti yang diketahui, Tebing bagian timur dan barat Cagar Budaya Gunung Padang mengalami longsoran, sepanjang 30 meter dengan ketinggian sekitar 70 meter sedangkan lereng bagian Barat, longsoran hanya lebar 7 meter pada pertengahan Mei 2019. (bay/sri)
Perbaikan Lereng Gunung Padang yang Longsor Akhir Tahun
