CIANJUR – Babak baru kasus bus sekolah keliling yang mangkrak tiga tahun di halaman belakang Kantor Dinas Pendidikan dan Kabudayaan (Disdikbud) Kabupaten Cianjur, setelah ditelusuri ternyata form A faktur jual beli bus hilang.
Hilangnya faktur jual beli bus membuat proses pembuatan STNK terlambat. Fakta baru tersebut diketahui setelah Kabid Data Sistem dan Informasi Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMP-TSP) Kabupaten Cianjur, Ayi Reza Addairobbi, yang sebelumnya menjabat Kasubbag Penyusunan Program di Disdikbud mendatangi pihak dealer.
Robi, sapaan akrabnya, menuturkan, awal pembelian bus sekolah keliling sampai mangkraknya bus tersebut. “Saat itu saya menjabat sebagai kasubag penyusunan program di Disdik, proses awal bus harus diadakan, karena atas prakarsa bupati melalui kepala dinas perencanaan memang dilakukan secara top down,” ujar Robi, Rabu (10/4).
Robi mengatakan, tujuan mulia diadakannya bus sekolah keliling untuk meningkatkan taraf angka anak sekolah yang saat itu masih 6,1, maka dibeli bus yang didesain seperti kelas berjalan. “Proses pengadaan bus dilakukan secara e-katalog, dilakukan oleh PPK barang datang langsung bayar, lalu setelah itu baru ada proses lelang karesori,” ujar Robi.
Robi mengatakan, waktu itu sudah ditetapkan pemenang lelang karesori dengan pendukung Delima Jaya. Saat pembuata surat keterangan rubah bentuk, kata Robi, ada mutasi dan rotasi jabatan. Dia pun pindah menjadi Kabid di DPMP-TSP.
“Sepengetahuan saya surat keterangan rubah bentuk sudah dikirim ke Dinas Pendidikan, namun karena saya sudah pindah maka saya tak mengetahui siapa yang menerimanya,” kata Robi.
Karena masih merasa bertanggung jawab, Robi pun kembali menelusuri kenapa sampai STNK mobil bus sekolah tersebut tak keluar. Dia pun lantas menanyakan keberadaan surat keterangan jual beli kepada pihak dealer.
“Saya telusuri ternyata kendala ada di dealer antara karesori dan dealer, pihak dealer berargumen manajemen dealer berganti orang jadi masalah belum selesai, sampai kemarin saya memastikan kenapa itu masih belum keluar,” kata Robi.
Robi merasa tak nyaman dengan mencuatnya kasus bus sekolah yang kini sudah menjadi polemik di masyarakat. “Jami disangka membeli mobil bodong,” katanya.