TIDAK sedikit orang-orang lupa akan sejarah para pahlawan. Contohnya saja, segelintir orang yang memang lupa akan pahlawan yang akan saya ceritakan. Saya lebih semangat jika diskusi membahas tentang penjajahan, atau pun tentang komunis di Indonesia. Tetapi saya akan mencoba keluar dari zona nyaman, dengan belajar membahas para pahlawan perempuan di Indonesia tanah air tercinta.
Dewi Sartika lahir dari keluarga Sunda yang ternama, yaitu R. Rangga Somanegara dan R. A. Rajapermas di Cicalengka pada 4 Desember 1884.
Pada 16 Januari 1904, ia membuat sekolah yang bernama ‘Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung’. Sekolah tersebut kemudian direlokasi ke Jalan Ciguriang dan berubah nama menjadi ‘Sekolah Kaoetamaan Isteri pada tahun 1910’. Pada tahun 1912, sudah ada sembilan sekolah yang tersebar di seluruh Jawa Barat, lalu kemudian berkembang menjadi satu sekolah tiap kota maupun kabupaten pada tahun 1920. Pada September 1929, sekolah tersebut berganti nama menjadi ‘Sekolah Raden Dewi’, beliau adalah pahlawan pendidikan, di mana orang hanya mengetahui bahwa pahlawan wanita itu adalah “R.A Kartini” saja.
Dewi Sartika merupakan sosok wanita yang berjuang demi kemajuan bangsa dalam bidang pendidikan. Sepak terjang Dewi Sartika ini melanjutkan perjuangan dari Raden Ajeng Kartini. Ia juga berusaha keras untuk dapat memperjuangkan hak-hak dan keadilan bagi kaum perempuan, agar memiliki kedudukan yang sama dengan kaum laki-laki khususnya dalam bidang pendidikan. Dewi Sartika terkenal dengan julukan sebagai “Kartini dari Priangan.”
Nah kalian pasti bertanya-tanya, kenapa sih Dewi Sartika dijuluki sebagai “Kartini dari Priangan?” ini jawabannya : Karena Dewi Sartika melanjutkan seperti yang dilakukan RA Kartini pada waktu dulu. Loh kenapa harus R.A Kartini? ya karena R.A Kartini mendirikan sekolah wanita pertama di samping rumahnya.R.A Kartini mendidik gadis-gadis di sekitar rumahnya. Tanggal 17 September 1904, R.A Kartini wafat setelah melahirkan putra pertamanya. Untuk mengenang jasa-jasanya, setiap tanggal 21 April diperingati sebaga hari Kartini.
Nah setelah R.A Kartini wafat, barulah Dewi Sartika melanjutkan perjuangan Kartini dengan mendirikan sekolah. Akhir perjuangan Dewi Sartika ini tidaklah sia-sia. Berkat segala perjuangannya, kaum perempuan di Jawa Barat dapat memperoleh pendidikan yang layak. Atas jasa-jasanya tersebut, ia diberikan gelar kehormatan sebagai “Pahlawan Nasional.”. “Tanpa lahirnya pendidikan nasional, Bangsa Indonesia tidak akan ada.” -Drs ec Nuryanto MM