Di mobil tersebut saya baru mengabarkan ke istri saya, itupun setelah disarankan Joni. Saya tidak ingin dia khawatir, info saya pun hanya saya kecelakaan, tapi saya tidak apa-apa. Ini menuju RS utk diperiksa. Pesan saya cuma jangan kasih tahu anak-anak dan Ibu saya. Saya tahu akan betapa shock-nya mereka.
Di RS saya mendapat 7 jahitan dan luka memar besar. Teman-teman dari Radar dan WSM menyarankan periksa semua kondisi badan. Namun karena keterbasan alat saya putuskan dijahit saja dulu dan saya akan memeriksakan lebih detail esok hari ke RS besar dekat rumah saya.
Saya diantarkan pak Eko Suprihatmoko sampai ke rumah dengan selamat, saya sempat guyon dengan dia kok pelan sekali setirnya? Apa saya saja yang setirkan? Entah karena dia ingin berhati-hati setelah saya kecelakaan atau saya yang merasakan perjalanan pulang lama sekali karena saya rindu sekali dengan anak dan istri saya. Di perjalanan baru saya kirim foto-foto mobil dan saya di UGD ke istri saya.
Betapa shock-nya dia, dia ingin segera menyusul ke RS. Cuma saya bilang saya tidak apa-apa sudah menuju ke rumah.
Setiba di rumah saya seperti biasa masuk kamar sambil senyum bilang “halooo”, Saya bersikap tidak terjadi apa-apa di depan anak-anak, lalu istri saya datang sambil menangis dan langsung memeluk saya. Anak-anak saya kebingungan. Saya bukan orang yang cengeng namun saat itu saya tidak bisa menahan haru, saya memeluk mereka semua, air mata saya tidak terbendung sambil berkata “Papa minta maaf sama kalian, papa pikir papa ngga bisa melihat kalian lagi”.
Anak-anak ikut menangis, saya baru buka jaket saya dan saya kasih lihat tangan saya yang memar dan diperban. Papa habis kecelakaan, semakin saya cerita semakin mereka histeris. Anak saya yang kecil perempuan kelas 1 SD, berteriak papa maafin aku. Aku lupa berdoa buat papa. Saya makin menangis, tetapi langsung saya usap air mata dia saya bilang sudah tidak apa-apa. Papa sudah kembali ke rumah….