CIANJUR – Meski kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) bagi mahasiswa tahun 2018 telah berakhir pada Agustus 2018 lalu, namun kelompok KKN Mahasiswa Desa Sindangsari, Kecamatan Sukanagara yang terdiri dari 13 mahasiswa dari berbagai Fakultas di Universitas Suryakancana (Unsur) masih rutin menyambangi desa tempat mereka melaksanakan KKN.
Berbeda dari yang lain, kelompok desa ini memiliki program jangka panjang, yaitu Taman Baca Sakti.Bekerjasama dengan Generasi Penerus Sindangsari (GIPSI), kelompok KKN ini menyulap lahan kecil dan bangunan tidak terpakai milik Desa Sindangsari, menjadi perpustakaan dan wahana bermain tradisional bagi anak-anak Desa Sindangsari.
Semenjak Taman Baca Sakti diresmikan secara langsung oleh Ayi Rusli, selaku Kepala Desa Sindang Sari yang dihadiri oleh para guru Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) dan masyarakat setempat. Kelompok KKN Desa Sindangsari rutin melaksanakan monitoring dalam 3 bulan sekali, untuk bermain dan mengajar dengan anak-anak di desa tersebut.
Ketua KKN Desa Sindangsari, Kecamatan Sukanagara, Ismy Safelawati mengatakan, dalam monitoringnya, kelompok KKN selalu membawa komunitas atau akademisi diberbagai bidang. Seperti monitoring pada Sabtu 17 Februari lalu. Kelompok KKN melaksanakan monitoring bersama belasan mahasiswa dari Unit Kegiatan Mahasiswa Warung Apresiasi Sastra Universitas Suryakancana (UKM Waras Unsur).
“Jadi pada monitoring ini, anak-anak desa diajarkan mengenai kesusastraan oleh para anggota Waras,selain itu penampilan kreasi seni juga dipamerkan dalam monitoring dihari tersebut,” katanya.
Ismy sangat berharap dengan adanya Taman Baca Sakti dapat merangsang daya minat dari anak-anakdi Desa Sindangsari dalam membaca, dan menjaga tali silaturahmi antara kelompok KKN dengan masyarakat setempat.
“Berawal dari melihat bangunan tidak terpakai kami berinisiatif untuk menciptakan sebuah perpustakaan. Tetapi karena tidak dapat dipungkiri pada era sekarang membaca merupakan suatu hal yang kurang diminati, maka dari itu kami mencoba mengatasinya dengan membangun wahana bermain tradisional juga ditempat ini,” tegasnya.
Taman Baca Sakti, lanjut dia, sebenarnya dijadikan suatu alasan bagi mahasiswa agar bisa terus bersilaturahmi dengan masyarakat setempat.
“Taman Baca Sakti ini, kami memperkuat suatu program yang kami beri nama #gerakansatuharitanpagadget, jadi setiap hari minggu anak-anak yang datang ketempat ini tidak bolehmenggunakan gadget,” pungkasnya (job3/sri).