Akibat Keterbatasan Ekonomi, Siti Terancam DO dari Sekolah

0 Komentar

CIANJUR – Siti Nurjanah (17), siswi kelas X IPS SMA PGRI Ciranjang dikabarkan terancam putus sekolah atau drop out (DO) akibat tidak punya biaya. Hal tersebut dipicu karena kondisi ekonomi keluarganya yang sangat memprihatinkan.
Siti tinggal di Kampung Pangawaren RT 03/ RW 05, Desa Sukaratu, Kecamatan Bojongpicung. Bersama sang nenek, ia menempati rumah milik orang lain yang sudah lama tidak dihuni sama pemiliknya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Siti mengandalkan penghasilan dari sang Nenek. Neneknya berjualan mainan anak-anak di salah satu sekolah dasar dekat kawasan kantor polsek dan koramil Bojongpicung.
Siti masuk daftar sekolah pada 2018 yang lalu, karena tidak diterima di sekolah negeri, dengan uang yang pas pasan yang ia miliki dari hasil jerih payah selama bekerja satu bulan di kota Jakarta sebagai pembantu, akhirnya ia bisa diterima di sekolah SMA PGRI Ciranjang walaupun kegiatan belajar tahun ajaran baru saat itu sudah berjalan.
”Pada suatu hari, Siti pernah curhat panjang lebar ke saya soal kondisi kehidupan yang ia alami saat ini, khususnya dalam hal pembiayaan pendidikan. Bahkan permintaan untuk mengundurkan diri ia juga ungkapkan karena tidak tega melihat kondisi nenek yang sudah tua masih harus banting tulang bekerja berjualan untuk membiayai sekolah dan kebutuhan sehari hari,” kata Guru Bimbingan Konseling (BK) SMA PGRI Ciranjang Ade Resmiati.
Setelah mengetahui keterangan yang disampaikan oleh Siti, guna memastikan kebenarannya, pihak sekolah mengutus wali kelasnya mendatangi tempat tinggalnya Siti. Dari hasil pengumpulan bahan dan keterangan serta fakta yang ada, pihak sekolah akhirnya memberikan kebijakan keringanan dalam segala hal yang menyangkut keperluan kebutuhan sekolah.
”Jika tidak sekolah, selain sakit Siti tidak mempunyai ongkos angkot dan jika masukpun terkadang terlambat atau datang kesiangan. Jarak waktu yang ditempuh oleh Siti dari rumah ke sekolah kurang lebih satu jam, itupun angkotnya hanya sampai pasar Ciranjang. Untuk tiba di sekolahnya, dari pasar ia melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki karena uang bekal 15 ribu pemberiaan dari neneknya jika digunakan untuk ongkos naik ojek tidak akan cukup untuk biaya makan saat berada di sekolah hingga pukul 3 sore,” tutur Ade.

0 Komentar