CIANJUR – Mereka bukan tipe sebagai pengusaha, melainkan sebagai pekerja. Sudah selayaknya dibuatkan tempat usaha yang pekerjanya dari mereka sendiri. Meski diberikan permodalan usaha, tidak akan bisa berjalan maksimal jika kondisinya masih seperti itu.
Inilah benang merah yang bisa di ambil dari pengaduan sejumlah mualaf yang berasal dari Desa Kertajaya dan Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur saat mengadukan nasibnya ke Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Cianjur, Senin (28/1).
Setidaknya ada delapan mualaf dari 182 mualaf yang tengah di bina Baznas kemarin datang untuk mendapatkan pembinaan. Mereka menyampaikan persoalan yang dihadapi semenjak memeluk Agama Islam ditengah mayoritas penduduk non muslim.
“Mereka menyampaikan persoalan usahanya yang kurang jalan, mereka juga minta bantuan biaya untuk berobat, ada juga yang minta bantuan diurusin di pengadilan. Bahkan ada diantaranya yang mengadukan masalah identitas kependudukan yang belum juga berubah meski telah memeluk Agama Islam,” kata Wakil Ketua III Bidang Perencana Baznas Cianjur, Yose Rizal didampingi Humas Baznas Taufik Misbahudin.
Dikatakan Yose, selama ini ada 182 mualaf yang rutin dibina oleh Baznas melalui kelompok-kelompok. Yang datang ke Baznas kali ini merupakan bagian dari 53 mualaf yang intens dibina.
“Baznas memberikan pembinaan soal mental, kalau ibadah praktis rutin pengajian di lokasi. Ada lembaga badan pembinaan mualaf, ada mualaf center Baznas yang rutin seminggu empat kali pembinaan,” jelasnya.
Pertemuan dengan delapan mualaf kali ini jelas Yose, sebagai bentuk pembinaan untuk memandirikan mereka. “Sejak tahun 2006 banyak bantuan dari lembaga, tapi sifatnya perorangan cash and carry. Sifatnya jelas konsumtif, ini tidak akan bertahan lama. Mereka sepertinya belum siap berdaya, karena selalu konsumtif,” paparnya.
Hasil pertemuan itulah selanjutnya akan ditindak lanjuti sebagai upaya pembinaan. Salah satunya akan membentuk bidang usaha berupa rumah produksi. Nantinya karena tidak siap diberdayakan, mereka akan menjadi pekerja.
“Sudah ada rencana untuk membuat rumah produksi misalnya home industri roti dan abon ikan. Mereka yang bekerja, bahkan menunggu dagangan. Kita harapkan bisa berjalan dengan baik,” harapnya.