CIANJUR – Sebanyak 200 mahasiswa Universitas Suryakancana (Unsur) melakukan Workshop pengolahan sampah organik dan anorganik melalui sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle) serta penerapan ecobricks dan biopori yang dilaksanakan di Desa Bobojong, Kecamatan Mande, belum lama ini.
Dosen Pembimbing Lapangan Penjas FKIP Unsur, Goesti Sabda Laksana mengatakan, para mahasiswa yang ikut workshop berasal dari berbagai fakultas di Unsur. Para mahasiswa tersebut di bagi dalam 20 kelompok dan di dampingi oleh 20 dosen pembimbing lapangan.
“Unsur dipercaya oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdiskti) untuk menjadi bagian dalam memberikan penyuluhan Cirata Harum. Selain itu juga memberikan pengenalan bagaimana cara mengelola sampah dengan sistem terintegrasi yang bisa di olah dan digunakan kembali,” kata Goesti kepada Cianjur Ekspres, Senin (10/12).
Dalam kegiatan tersebut, Goesti melakukan penyuluhan pengelolaan sampah secara terintegrasi yakni sampah organik dan non organik menggunakan sistem 3R, dan pengenalan ekobreak dan biofori.
“Jadi itu adalah lanjutan bagaimana sistem 3R bisa dilaksanakan, karena kalau hanya masyarakat memilah dan memilih sampah sudah bisa, yang paling sulit untuk masyarakat bagaimana akhir dari sampah bisa berakhir,” katanya.
Menurut Goesti, kendala utama pada saat evaluasi, hasil evalusasi pertama masyarakat belum mengerti tentang bagaimana membuang sampah yang baik. Ini memang menjadi permasalahan utama tentang sampah. Hingga akhirnya dibuang ke kali atau sungai, di bakar dan dikubur tanpa sistem yang benar, sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan.
“Pencemaran terseut tentu sangat merugikan dalam arti menurut Dinas Lingkungan Hidup air yang ada di Waduk Cirata itu sudah tercemar dan tidak boleh dikonsumsi. Begitu pula dengan mikro organismenya termasuk ikan di sana sudah tidak boleh dikonsumsi,” jelasnya.
“Dari penyuluhan tersebut sebetulnya baru awal bagaimana mengenalkan dulu sistem pengolah sampah dengan baik kepada masyarakat. Akhirnya dari sana kami mengenalkan yang namanya ekobreak, juga biopori sehingga salah satunya digunakan untuk sampah nonorganik dan biopori untuk membuang sampah non organik,” lanjut Goesti.
Pengenalan dua metode tersebut juga sangat diterima dengan baik oleh masyarakat dan sangat antusias. Pihaknya pun terus fokus terhadap limbah rumah tangga tentang cara mengolah sampah yang baik dan benar. Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat tidak lagi membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).