CIANJUR – Tim Ahli Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat memaparkan sejumlah kajian yang harus diperhatikan terkait rencana pembangunan Situs Gunung Padang. Beberapa poin mengenai pengelolaan cagar budaya nasional itu, dinilai dapat menjadi pembahasan lebih lanjut sebelum Pemprov Jabar melakukan konservasi dan renovasi.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat sekaligus Arkeolog, Luthfi Yondri mengatakan, Situs Gunung Padang saat ini masih perlu penataan di setiap zonasinya. Dia menjelaskan, ada empat zonasi yang belum selesai ditata sampai sekarang.
”Gunung Padang itu terbagi menjadi zona inti, penunjang, penyangga, dan pengembangan. Sebut saja zona 1, 2, 3, dan 4. Yang sudah masuk dalam penetapan cagar budaya nasional itu baru 29,1 hektare, untuk zona 1, 2, dan 3,” ujar dia kepada wartawan, Rabu (21/11).
Luthfi mengungkapkan, tidak boleh ada lagi proses pembangunan di zona 1 dan 2. Bangunan tambahan tidak dianjurkan untuk berdiri lagi di sana, terlebih jika tidak berfungsi sebagai pelindung situs.
Menurut dia, bangunan tambahan untuk meningkatkan nilai situs dapat dibangun di zona 3. Bangunan-bangunan terkait informasi situs, seperti site museum yang mencakup informasi Situs Gunung Padang bagi pengunjung. Luthfi menegaskan, hanya pembangunan seperti itu saja yang diperbolehkan di zona tersebut.
”Tidak boleh ada usaha ya. Kalau lahan usaha, nanti bisa di zona 4 saja yang memang belum ada batasan jelasnya. Luasan zona 4 untuk menunjang Gunung Padang memang diserahkan pada pemprov, karena sepertinya akan menyinggung wilayah Sukabumi juga,” ucapnya.
Dia menambahkan, sebenarnya pihak terkait yang akan mengurus kelangsungan Situs Gunung Padang harus memperhatikan kesiapan situs. Menurut Luthfi, situs megalitikum itu tidak akan pernah siap dikembangkan jika hanya menjadi satu-satunya area yang ditonjolkan.
Oleh karena itu, lanjut dia, tim peneliti sudah melakukan kajian pada akhir 2016 lalu mengenai pengembangan pariwisata penyangga Situs Gunung Padang. Luthfi mengaku, tim mengaki sejumlah wilayah yang bisa mendukung dan mengurai arus wisata Gunung Padang.
”Ini penting, karena kalau semua pengunjung datang ke situs tanpa batasan. Maka situs tidak akan mampu menampung, apalagi dengan angka kunjungan yang mencapai ratusan ribu per tahun. Sekarang saja, sudah ada bagian struktur yang rusak,” kata dia.