CIANJUR, cianjurekspres.net – Sebanyak delapan alat deteksi dini (early warning system) tsunami yang terpasang di tiga kecamatan wilayah pesisir pantai selatan Kabupaten Cianjur, kondisinya belum optimal. Kondisi itu bersebrangan dengan potensi tsunami yang terbilang cukup tinggi.
“Delapan alat pendeteksi dini tsunami bantuan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). Tapi semuanya belum berfungsi optimal. Bisa juga disebut rusak. Padahal di Cianjur terdapat tiga kecamatan yang berhubungan langsung dengan laut lepas (samudera). Jadi potensi terjadinya tsunami cukup besar,” kata staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Cianjur, Ruslan Sahril kepada wartawan, kemarin (1/10).
Menurutnya, Delapan titik alat pendeteksi dini itu tersebar di Kecamatan Cidaun, Sindangbarang, dan Agrabinta. Di Kecamatan Cidaun berada di Desa Sukapura, Cisalak, dan Cidamar.
Di Kecamatan Sindangbarang berada di Desa Jayagiri, Saganten, dan Talagasari. Sementara di Kecamatan Agrabinta berada di Desa Sinarlaut dan Tanjungsari. Alat deteksi dini tsunami itu sudah dipasang sejak 2014 lalu. “Sejak dipasang sekitar 2014 lalu, hingga kini belum pernah diujicobakan,” ujarnya.
Menurut Ruslan kondisi itu jadi kendala karena BPBD tak mengetahui sejauh mana alat deteksi dini tsunami itu bisa bekerja maksimal. Tim BPBD rutin mengecek langsung ke lapangan memastikan kondisi tower alat pendeteksi dini tsunami itu.
“Server-nya kan berada di BPBD. Kalau secara manual di lapangan, alat pendeteksi dini tsunami itu bisa berfungsi. Tapi koneksi ke server di BPBD yang belum optimal,” ucapnya.
Ruslan menyebutkan, sejak alat pendeteksi dini tsunami dipasang, personel BPBD belum pernah menerima pelatihan teknis dari BNPB. Sejauh ini personel BPBD hanya melakukan perawatan seadanya keberadaan alat pendeteksi dini tsunami itu di delapan titik. “Perawatannya juga seperti biasa. Kalau ada kabel yang lepas kami perbaiki,” ucapnya.
Operator Pusdalops BPBD Kabupaten Cianjur, Rizal, menambahkan penyebab rusaknya alat pendeteksi dini tsunami bisa disebabkan berbagai faktor. Satu di antaranya terjadi korosi karena alat tersebut berada di kawasan pantai yang karakteristik tanahnya mengandung tingkat keasaman.
“Yang kami sayangkan itu, sejak alat deteksi dini tsunami ini dipasang, belum ada ada pelatihan bagi personel yang mengoperasikannya,” terangnya.(bay/red)