CIANJUR, cianjurekspres.net – SMAN 2 Cianjur menyediakan kouta penerimaan peserta didik baru (PPDB) sebanyak 396 siswa dengan 11 rombongan belajar (rombel) dengan sistem 4 jalur. Sistem tersebut diharapkan dapat memberikan celah bagi calon siswa yang berkebutuham khusus.
Kepala SMAN 2 Cianjur, Agam Suprianta, mengatakan, PPDB yang dilaksanakan 2018 sekarang pada prinsipnya mengacu pada petunjuk teksnis dari provinsi. Salah satunya adalah Peraturan Gubernur (Pergub) Jawa Barat, kemudian petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
“Dalam peraturan tersebut sangat jelas proses PPDB dilaksanakan secara online. Kemudian ada dua garis besar, yang pertama penerimaan dari bidang keluarga tidak mampu, warga penduduk setempat, yang kedua nanti yang akan dilakukan melaluin jalur NHUN pada tanggal 5 – 10 Juli 2018,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, belum lama ini.
Sampai saat ini, kata dia, proses PPDB tidak ada permasalahan yang berarti, hanya mungkin banyak pendaftar yang masih belum siap untuk menyiapkan dokumen-dokumen pendukung pendaftaran. Karena memang dokumen pendukung pendaftaran itu yang harus disiapakan dengan banyak. Salah satunya nilai ujian nasioanal, akta lahir, kartu keluarga (KK) itu juga menjadi acuan.
“Secara umum tidak ada masalah yang berarti, pendaftar pun masih bisa tertangani dengan baik, tidak berdesak-desakan. Hanya saja secara teknis dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh para orangtua itu yang menjadi lumayan lama,” jelasnya.
Sistem 4 jalur yang digunakan, di antaranya jalur keluarga ekonomi tidak mampu (KETM), penghargaan maslahat guru (PMG), dan anak berkebutuhan khusus (ABK)/disabilitas, warga penduduk setempat (WPS), prestasi atau bakat istimewa akademik dan non-akademik.
“Untuk zonasi yang dilaksanakan di setiap sekolah itu bagus, karena paling tidak dapat memberikan peluang kepada setiap sekolah untuk meningkatkan prestasi secara akademik dan juga non-akademik. Karena paling tidak, siswa yang mau daftar keluar daerah secara otomatis terhalang dengan sistem zonasi,” ungkapnya.
Dengan begitu, kata dia, siswa yang berprestasi diharapkan ada di setiap sekolah (SMA/SMK, red). Berarti pemerintah, lanjut dia, secara tidak langsung memberikan peluang kepada warga setempat untuk meneruskan baik secara ekonomi tidak mampu, maupun yang lain-lain diutamakan yang berada di lingkungan sekolah terlebih dahulu.