“Mereka (nelayan, red) tidak punya peralatan canggih seperti di daerah-daerah lain. Melaut pun hanya mengandalkan gunung sebagai acuan jarak tempuh. Jika gunung sudah tidak kelihatan, maka nelayan harus kembali karena melewati jarak tempuh. Mereka kan cuma pakai mesin tempel (kurang dari 5 GT),” kata Eli.
Pada akhirnya, Eli menerangkan, ikan-ikan yang dijajakan di pasar ikan Jayanti itu didatangkan dari Jakarta, Ujunggenteng Sukabumi, dan Garut, bahkan ikan bawal tawar dikirim dari Waduk Jangari.
“Tentu harga ikan semakin mahal. Soalnya sekarang itu tidak ada lagi yang namanya musim ikan. Dulu, bulan Juni sampai Oktober itu bisa panen ikan. Jumlah nelayan bisa bertambah dua kali lipat,” pungkasnya.(red)