Dari Pemalu Jadi Penerima Beasiswa, Fauzan Temukan Harapan Baru Dari Barak Militer

kembali ke sekolah
SUNGKEM: Bupati Cianjur Mohammad Wahyu Ferdian mendampingi seorang siswa yang mendapatkan pembinaan di Yonif Raider 300/Braja Wijaya sungkem kepada ibunya sebelum kembali ke sekolah.
0 Komentar

Tak ada yang lebih membahagiakan bagi Solihat (39) selain melihat putranya, Fauzan (15), berubah menjadi anak yang lebih percaya diri dan kembali semangat belajar.

AKMAL ESA NUGRAHA – CIANJUR

WAJAH Solihat tampak berseri, meski ada sedikit sembab di matanya. Perempuan paruh baya itu tidak bisa menyembunyikan rasa haru dan bahagia setelah melihat perubahan anaknya, Fauzan yang baru saja menyelesaikan program pembinaan di barak militer Yonif Raider 300/Braja Wijaya Cianjur.

Setelah dua minggu mengikuti program pembinaan di barak militer Yonif Raider 300/Braja Wijaya Cianjur, Fauzan bukan lagi remaja pemalu yang enggan masuk kelas.

Baca Juga:Pasangan Menikah di Bulan Dzulhijjah 'Meroket' di CianjurSosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, ITM: Awasi Penggunaan Smartphone pada Anak

Hingga kini, bahkan mendapatkan beasiswa dari Pemerintahan Kabupaten Cianjur untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ya anak saya bisa ikut pendidikan di sini. Terima kasih buat semuanya, pak Bupati, para guru dan semua yang terlibat,” ucap Ibu Solihat (39), kemarin (21/5), dengan mata berkaca-kaca.

Menurutnya, Fauzan sebelumnya dikenal tertutup dan sering bolos sekolah. Trauma karena terlalu lama tidak bersekolah membuatnya takut kembali ke kelas. Pada ujian pertama setelah kembali sekolah, dia hanya sanggup mengikuti ujian di ruangan terpisah, karena merasa malu dengan teman-temannya.

Namun lingkungan disiplin dan teratur di barak militer perlahan-lahan membentuk karakter barunya. Fauzan yang dulu pemalu, kini mulai berani berbicara, dan yang paling membanggakan dia menjadi salah satu siswa binaan yang mendapat beasiswa pendidikan.

“Saya gak nyangka. Anak saya bisa dapat beasiswa. Alhamdulillah banget,” kata dia dengan senyum lebar.

Tapi, perubahan ini tidak datang tanpa perjuangan. Sejak kecil, Fauzan dibesarkan oleh ibunya seorang diri. Ayahnya meninggalkan mereka sejak Fauzan berusia satu tahun setengah dan tak pernah kembali. Komunikasi pun terputus sepenuhnya. “Waktu Fauzan disunat juga saya kasih kabar, ayahnya gak datang,” paparnya lirih.

Selama ini, Solihat bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Jakarta. Ia hanya bisa pulang setiap 3-4 bulan sekali. Selama ia di ibu kota, Fauzan tinggal bersama neneknya. Namun, sejak neneknya sakit parah hingga akhirnya meninggal dunia beberapa minggu lalu, Solihat terpaksa berhenti bekerja dan kembali ke Cianjur.

0 Komentar