Polemik Perang Sarung, Dosen Hukum Unsur: Susah Dihilangkan

Perang sarung
Ilustrasi perang sarung (Foto: google/ilustrasi)
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Kenakalan remaja selama bulan suci Ramadan 1445 Hijriah seperti perang sarung, konvoi geng motor, bahkan begal dinilai mengkhawatirkan. Insiden kriminalitas pun kerap berseliweran di akun-akun media sosial lokal Cianjur.

Melihat hal itu, Dosen Fakultas Hukum Universitas Suryakencana (Unsur) Cianjur, Kuswandi pun menilai jika kriminalitas yang dilakukan remaja adalah efek dari minimnya wadah penyaluran kreatifitas yang disiapkan oleh pemerintah daerah.

“Kenapa anak-anak muda ini sampai membuat kegiatan di jalanan? Mungkin saja karena tidak punya wadah untuk berkreatifitas, tidak ada tempat mengaktualisasikan kreasinya yang disiapkan oleh pemerintah,” ujar Kuswandi saat dihubungi Cianjur Ekspres, Kamis (4/4).

Baca Juga:YBM PLN UIP JBT Gencarkan Bantuan Sosial Selama Bulan RamadanMasyarakat Manfaatkan Bantuan Masjid PLN Selama Ramadan

Berbagai masalah kriminalitas yang disebabkan remaja, menurutnya adalah permasalahan klasik yang belum bisa diselesaikan bahkan dalam jangka waktu yang sangat lama.

“Polemik soal kenakalan remaja ini memang sulit untuk diatasi. Pengentasannya tidak bisa hanya dilakukan oleh kepolisian saja. Ini adalah masalah bersama yang harus melibatkan semua unsur baik pemerintah juga keluarga,” kata dia.

Pemerintah wajib turun tangan dalam pemusnahan kriminalitas yang dilakukan oleh remaja karena berkaitan dengan perbaikan pendidikan juga akhlak juga menciptakan ruang bagi pemuda.

Dirinya menilai jika permasalahan kenakalan remaja seperti perang sarung atau tawuran, juga aksi geng motor tidak bisa diberantas hanya dengan pendekatan hukum pidana atau penal saja.

“Penal atau hukum pidana tidak bisa efektif untuk mengatasi hal itu. Penggunaan penal terhadap kenakalan remaja sama halnya dengan memotong ranting kecil dari pohon besar, selama pohonnya hidup, rantingnya akan terus tumbuh,” jelasnya.

Saat hanya mengandalkan penal, kasus kenakalan remaja pasti akan mereda sesaat dan akan muncul lagi beberapa lama kemudian. 

“Ibarat api dalam sekam, hilang sebentar, nanti muncul lagi karena akar permasalahannya belum terselesaikan,” kata dia.

Baca Juga:Jabar 2045, Mewujudkan Perekonomian Setara Negara MajuPLN UIP JBT Gelar Safari Ramadhan: Mari Kita Jalan Beriringan Bersama

Dirinya juga menyoroti banyaknya organisasi kepemudaan di Cianjur yang nyatanya belum mampu memaksimalkan lembaganya untuk mengentas kenakalan remaja.

“Justru ini lah fungsi organisasi kepemudaan. Sampai sejauh mana mereka mampu membina agar anak-anak muda yang mungkin saja memiliki potensi, tidak salah jalan dan melakukan kriminalitas. Banyak kan lembaga seperti itu di Cianjur?” ucap Kuswandi.

0 Komentar