CIANJUR, cianjurekspres – Jelang setahun pascagempa 5,6 magnitudo yang porak-porandakan Cianjur, warga di Kampung Cugenang, Desa Cijedil, Kecamatan Cugenang akan mengadakan doa bersama. Mengingat tragedi longsor 21 November 2022 yang merenggut 39 jiwa di kampung tersebut, lima diantaranya diketahui belum ditemukan.
Aseng warga Kampung Cugenang RT 03/RW 01 Desa Cijedil mengungkapkan, lima orang yang hilang diantaranya Padmu (65), Aminah (55), Faira (5), Mirja (1), dan Radifa (1).
“Ada lima yang belum ditemukan, tiga balita dan dua orang dewasa. Tapi keluarga sudah ikhlas. Besok di 21 November 2023 juga warga di sini akan mengadakan doa bersama mengenang keluarga kita yang jadi korban longsor tahun lalu,” ujar Aseng saat ditemui Cianjur Ekspres, Minggu (19/11/2023).
Baca Juga:Peneliti Vulkanologi Kunjungi Zona Merah GempaPMI Asal Cijati Meninggal di Kamboja, Keluarga Lapor Polisi
Dirinya masih ingat, kondisi mencekam saat guncangan terjadi pada Senin siang setahun silam. Saat itu, dia sedang tidak berada dengan anak dan istrinya.
“Mereka baru mau menuju ke rumah. Saat kejadian gempa, material longsor datang. Istri dan anak langsung terseret material longsor. Untungnya bukan longsoran yang ke bawah, tapi material longsor yang melebar. Meskipun sempat tertimbun, alhamdulillah semua selamat. Tapi tetap tangan kiri istri saya patah menahan reruntuhan bangunan yang terbawa longsor untuk lindungi anak pertama kami,” kata dia.
Dirinya masih bisa bersyukur, anak istrinya bisa selamat, meskipun di sisi lain dirinya juga sedih kehilangan rumah juga anggota keluarga lainnya. Aseng kehilangan enam anggota keluarga lainnya. Semua adalah paman dan keponakan.
Sementara, Nani Noviani (35) juga kehilangan lima anggota keluarga. Satu diantaranya adalah Mirja (1), keponakan yang masih belum ditemukan hingga saat ini. “Uwa, sepupu, ponakan, adik ipar dan anaknya. Empat orang ketemu, tapi ponakan saya Mirja tidak,” kata dia.
Jenazah adik ipar dan keponakannya, ditemukan lima hari pascagempa atau pada 26 November 2023. Kondisinya dalam keadaan berpelukan. Sedangkan dua lainnya ditemukan setelah pencarian jenazah dilakukan hampir sebulan.
Sama seperti Aseng, saat kejadian dirinya sedang ada di luar rumah. Namun saat merasakan getaran hebat akibat gempa, dia langsung berlari menuju rumahnya, lewat belakang SD Negeri Cugenang.
“Setelah rasakan getaran, saya langsung lari untuk lihat keadaan keluarga di rumah. Tapi saat saya lewat gang belakang SD, di situ sudah tidak ada lagi jalan. Saya lihat keluarga lain berlarian keluar kampung sambil histeris. Saya paksa masuk untuk lihat keluarga saya, ternyata semua sudah tertutup tanah longsor. Semua terjadi dalam hitungan detik,” kata Nani, tangisnya pecah.