JAKARTA,CIANJUREKSPRES – Stunting merupakan masalah kritis yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Menuntut pendekatan komprehensif melibatkan berbagai pihak.
Menurut Deputi Bidang Pengendalian Penduduk, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Bonivasius Prasetya Ichtiarto,, masyarakat perlu berkolabrasi guna memastikan penurunan stunting 5,6 persen pertahun agar Indonesia mencapai target prevalensi stunting 14 persen tahun 2024.
Pria yang akrab disapa Boni ini menjelaskan, Indonesia telah mencapai kemajuan besar, antara lain penurunan angka kemiskinan dan gizi buruk pada anak. Serta peningkatan akses terhadap pekerjaan penuh dan perlindungan sosial.
Baca Juga:Survei Elektabilitas 3 Capres 2024 Versi IPO: Prabowo 37,5%, Anies 32,7%, Ganjar 28,3%Berakhir Sebulan Lagi, P3DW Samsat Cianjur Imbau Warga Segera Manfaatkan Program Pemutihan Pajak Kendaraan
Perlu diketahui, kata pria lulusan Institute of Technology Jepang ini, bahwa stunting adalah urusan bangsa dan bersama-sama untuk dipecahkan. Misalnya, salah satu terobosan yang dilakukan Indonesia sehingga kemajuan tercapai adalah dengan mengembangkan Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB).
Melalui Kampung KB Indonesia diantaranya berhasil mengurangi prevalensi stunting, menurunkan angka kematian, meningkatkan layanan kesehatan seksual dan reproduksi.
‘’Termasuk meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi, menurunkan kebutuhan KB yang tidak terpenuhi, meningkatkan kesehatan ibu, dan menurunkan angka kesuburan remaja,” kata mantan Direktur Penyerasian Pembangunan Sosial Budaya dan Kelembagaan Daerah Tertinggal, Kemendes PDTT, saat menerima Disway.id Group, di Jakarta, Senin (20/11/2023).
Di samping itu, pemerintah melakukan segala cara untuk menurunkan angka stunting melalui alokasi pendanaan sebesar Rp44 triliun. Dengan rincian Rp34 triliun melalui program pemerintah pusat. Sisanya Rp10 triliun melalui program pemerintah daerah.
“Agenda stunting sudah tidak bergeser dari 10 agenda nasional baik tahun ini dan tahun sebelumnya. Oleh karena itu, inilah kesempatan yang baik bagi media untuk mengeksplorasi terkait stunting di Indonesia,” kata Bonivasius
Lebih lanjut ia berpesan, bahwa ruang stunting terbuka lebar bagi media untuk melakukan eksplorasi, mengunjungi wilayah-wilayah yang masih banyak kasus stunting.(*)