CIANJUR – Kepala Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan dan Perikanan (DPKHP) Kabupaten Cianjur, Aris Haryanto mengungkapkan pihaknya telah melakukan pendataan terhadap dampak luapan Sungai Cisokan di Waduk Jangari pada Sabtu (5/11) lalu.
Hasilnya, 190 kolam jaring apung (KJA) milik 21 petani ikan hancur dan diperkirakan sebanyak 50 ton ikan budidaya lepas ke waduk. 190 KJA tersebut berada di Dermaga Kebon Coklat, Desa Cikidang Bayabang Kecamatan Macet. Pemilik KJA pun rerata bermukim di Kampung Pangkalan dan Kampung Neuneut desa tersebut.
“Kita sudah laporkan kejadian tersebut ke Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. Ada sekitar 50 ton total ikan yang hanyut ke waduk,” ujar Aris saat dihubungi Rabu (7/11).
Baca Juga:Tegas! Pembangunan di Kawasan Pertanian Tetap Tak DiizinkanGong CMC 2023 Ditabuh Sore Ini
Pihaknya juga tidak bisa memberikan bantuan apapun pada para petani yang terdampak. Pasalnya KJA yang ada di Waduk Jangari memang sudah direncakan untuk ditertibkan. “Dan juga memang dikelola oleh pemerintah provinsi,” kata dia.
Kata dia, para petani yang terdampak pun mengaku pasrah meskipun kerugian yang diderita capai ratusan juta rupiah.
Terpisah, salah satu petani ikan terdampak Dede Sutisna mengatakan setelah tiga petak KJA-nya rusak parah, dirinya hanya bisa pasrah. Pascaluapan Sungai Cisokan, dia hanya bisa memerintahkan anggotanya untuk menyelamatkan material KJA yang masih bisa diambil untuk disimpan ataupun dijual lagi.
“Yah kita pasrah saja. Saat ini kita sedang beberes material KJA yang bisa diselamatkan. Karena KJA saya tidak hancur lebur seperti yang lain. Punya saya miring, ikannya kabur semua,” ujarnya.
Kata dia, untuk membangun satu petak KJA, menghabiskan biaya sampai Rp 25 juta. Sedangkan untuk bibit dan pakan selama budidaya, sudah memakan biaya sampai Rp 50 juta. “Rp 25 juta dikali tiga sudah Rp 75 juta. Ditambah bibit dan pakan ikan yang sudah habis lima ton itu capai Rp 50 juta. Jadi total sudah rugi modal Rp 145 juta. Itu baru saya, belum yang petani yang lain,” kata dia.
Setelah KJA hancur, dia pun tidak berencana untuk membangun kembali usahanya. “Karena uang sudah habis. Kita juga khawatir ada luapan susulan,” pungkasnya. (zan)