Menurutnya dibuat cerita jika saat halaran atau arak-arakan kuda kosong, Rade Eyang Suryakencana sosok leluhur Cianjur dari bangsa gaib menaiki kuda tersebut.
Bahkan sebelum diarak, ada ritual yang harus dilakukan, mulai dari penyambutan oleh para pejabat daerah, penyiraman, hingga pengantaran lagi sosok Eyang Suryakancana.
“Jadi dulu itu harus ada ritual, para pejabat berjejer di Pendopo menyambut kuda kosong selayaknua menyambut pejabat, kemudian ada ritual penyiraman oleh Bupati Cianjur, kemudian setelah acara ada prosesi pengantaran Eyang Suryakencana pulang, dan itu harus dihadiri para pejabat dengan berjejer di pendopo,” kata dia.
Baca Juga:Buntut Keisengan Menteri Basuki, Reaksi ‘Ngedumel’ Sang Istri Jadi SorotanFakta Lilly Indiani Wenda, Pembawa Baki Bendera yang Sepatunya Copot
Ritual yang dianggap bertentangan dengan agama itupun membuat Kuda Kosong dilarang tampil pada tahun 1997.
Namun setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya budaya pawai kuda kosong pada tahun 2005 kembali diizinkan untuk ditampilkan.
“Beberapa tahun ditiadakan, kemudian diizinkan lagi dengan menghapus sejumlah ritual yang dianggap bertentangan,” kata dia.
Menurutnya Kuda Kosong saat ini sebatas ditujukan sebagai tontonan atau pertunjukan budaya. Adapun masyarakat yang meyakini jika Kuda tersebut ditunggangi Raden Suryakencana masih banyak.
“Yang mempercayai adanya sosok yang menaiki kuda itu silakan, tapi perlu dipertegas jika Kuda Kosong sebagai pertunjukan budaya, tidak ada unsur mistis apapun. Juga sebagai pengingat sejarah Cianjur yang mendapatkan hadiah dari diplomasi yang begitu indah,” pungkasnya.
Demikian asal usul Pawai Kuda Kosong yang akan masyarakat nikmati saat menyambut Hari Jadi Cianjur atau Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.