Hal ini sekaligus menegaskan alasan kenapa Satu Suro ini kerap menganggapnya sakral hingga angker, bukan semerta-merta banyaknya makhluk gaib yang keluar, melainkan anggap sebagai bulan yang terlalu mulia untuk golongan yang biasa saja.
Seiring perkembangannya, Malam Satu Suro ini sering jadi momen untuk memuliakan sang pencipta sekaligus menjadi momentum untuk semakin mendekatkan diri dengan Sang Maha Kuasa.
Sejarah Para Nabi
Begitupun dalam perspektif Islam, dalam momen Bulan Suro ini tidak menyinggung terkait pantangan maupun sesuatu yang sakral ataupun mistis, melainkan terdapat sejumlah sejarah yang berkaitan dengan zaman para nabi.
Baca Juga:Mengenal Tradisi Satu Suro, Budaya yang Dianggap KeramatTradisi Orang Sunda Merayakan Tahun Baru Islam yang Meriah
Seperti halnya di bulan Suro atau Muharram ini Nabi Adam meminta ampunan dan bertobat kepada Allah SWT setelah beratus-ratus tahun lamanya hidup di dunia.
Allah SWT-pun menerima taubat Nabi Adam pada 10 Muharram yang menjadi momen bersejarah bagi umat Islam.
Kemudian terdapat peristiwa Nabi Musa AS yang mendapat anugerah kitab Taurat pada saat Bulan Muharram, Nabi Ibrahim AS terhindar dari siksaan Raja Namrud, hingga menjadi momentum Nabi Isa diangkat oleh Allah ke langit dan menggantikannya dengan Yahuza.
Selain itu, terdapat momen bersejarah lainnya bagi umat Islam di bulan Muharram ini yakni Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya pada saat Asyura atau Suro mendapat anugerah dan kewaspadaan dalam menetapi hidayah Al-Qur’an (hijrahnya Rasulullah SAW).
Peristiwa bersejarah itu akhirnya menjadi sebagai cerminan sekaligus menepis berbagai kegiatan atau ritual yang melanggar norma keagamaan.
Bagi umat Islam, Malam Satu Suro ini adalah malam yang mulia yang mana Allah SWT akan menurunkan hidayah dan keberkahannya yang melimpah.
Pada akhirnya, umat Islam saat memasuki Bulan Muharram sunnahnya untuk menjalankan ibadah serta memperbanyak tafakur serta menambah amal ibadah lainnya guna memperkokoh iman dan takwa.