Tentang Seni Mamaos
Seni mamaos merupakan seni vokal Sunda dengan alat musik kacapi indung, kacapi rincik, suling, dan atau rebab.
Pada masa awal penciptaannya, Cianjuran merupakan revitalisasi dari seni Pantun. Kacapi dan teknik memainkannya masih jelas dari seni Pantun.
Pada masa pemerintahan bupati RAA. Prawiradiredja II (1864—1910) kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid Natawiredja (1853—1928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan dalam penyebaran ini.
Baca Juga:Julukan Cianjur Kota Santri, Simak Sejarah Singkatnya!Budaya Mamaos Cianjuran, Syiar Dalam Lantunan Indah
Dia sering mengundang untuk mengajarkan mamaos ke kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh bupati Bandung RAA. Martanagara (1893—1918) dan RAA. Wiranatakoesoemah (1920—1931 & 1935—1942).
Demikian pula ketika radio NIROM Bandung tahun 1930-an menyiarkan kesenian ini menyebutnya dengan tembang Cianjuran.
Pada awal mulanya, seni mamaos nyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa mempelajari oleh kaum wanita.
Hal itu terbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.
Fungsi Seni Mamaos
Pada mulanya mamaos berfungsi sebagai musik hiburan alat silaturahmi di antara kaum menak. Tetapi mamaos sekarang, di samping masih seperti fungsi semula, juga telah menjadi seni hiburan yang bersifat profit oleh para senimannya seperti kesenian.
Mamaos sekarang sering memakai dalam hiburan hajatan perkawinan, khitanan, dan berbagai keperluan hiburan atau acara adat.
Peralatan musik yang di pakai dalam tembang Cianjuran atau mamaos diantaranya kecapi indung, kecapi rincik dan suling, kalau ada lagu panambih biasanya kecapi induk di barengi dengan kecapi rincik yang kesemuanya termasuk dalam alat musik tradisional Jawa Barat.
Baca Juga:Filosopi Tiga Pilar Budaya Cianjur yang Penuh MaknaReview Livery Bussid Truck Canter Anti Gosip yang Memikat!
Adapun pemain mamaos terdiri dari empat orang dimana masing-masing memiliki tugas sendiri yaitu pemain kecapi indung, pemain kecapi rincik pemain suling dan vokal.
Busana yang di pakai laki-laki adalah baju taqwa, sinjang, dengan benggol atau iket di kepala sebagai aksesorisnya. Sedangkan pakaian yang di pakai oleh perempuan yaitu kebaya, sinjang, selendang dan biasanya memakai sanggul.
Seiring perkembangan zaman, busana para pemain mamaos ini tidak menjadi patokan serta bisa sesuaikan dengan keperluan.