Kepala SD Negeri Talaga 1 Cugenang Dudun mengatakan pihaknya tengah mengupayakan siswanya untuk bisa belajar di ruang kelas. Pasalnya, kondisi tenda kelas darurat yang ada sudah tak layak.
“Tenda-tenda kelas darurat yang ada sudah lapuk, karena sudah digunakan beberapa bulan terakhir. Kasihan anak-anak masih belajar di tenda,” ujar Dudun.
Kata Dudun, dari total 54 SD terdampak gempa, baru 47 SD yang sudah masuk tahap perbaikan, dan empat lainnya masuk ke dana alokasi umum (DAU).
Baca Juga:Polres Cianjur Kembali Berlakukan Tilang ManualKloter Pertama Jemaah Haji Cianjur Diberangkatkan
“Proses pembangunannya beragam, ada yang sudah 100 persen, bahkan ada yang belum diperbaiki. Jadi kebanyakan siswa masih belajar di tenda kelas darurat. Sementara yang sudah masuk ke ruang kelas, terkendala masalah lain karena keterbatasan sarana seperti meja belajar,” kata Dudun yang juga Ketua K3S Kecamatan Cugenang.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Cianjur, Arifin menyebutkan ada total 81.486 siswa tingkat SD di tujuh kecamatan terdampak gempa bumi.
Pihaknya juga sudah lakukan monitoring dan evaluasi (monev) untuk memeriksa progres pembangunan sekolah-sekolah anti gempa baik yang ditangani Kementerian PUPR, maupun yang dibangun menggunakan CSR.
Kata dia, menurut verifikasi Kementerian PUPR, ada tiga kategori kerusakan sekolah yakni rusak ringan, sedang, dan berat. “Yang dikerjakan pertama dan menjadi prioritas oleh Kementerian PUPR itu adalah 127 sekolah yang masuk kategori rusak berat, terbanyak ada di Cugenang,” kata dia.
“Hasil dari pemeriksaan sementara di dua hari terakhir ini terlihat beberapa sekolah sudah dibangun dan bisa digunakan dan ada beberapa sekolah juga yang ruang kelasnya belum bisa digunakan karena masih proses penyelesaian. Bahkan masih ada juga sekolah yang baru dibongkar dan tahap pemerataan tanah, sehingga banyak siswa kita yang masih belajar di tenda,” jelas Arifin.