Orientasi Sex Menyimpang Kaum LGBT Sulit Disembuhkan

Orientasi Sex Menyimpang Kaum LGBT Sulit Disembuhkan. (pixabay)
Orientasi Sex Menyimpang Kaum LGBT Sulit Disembuhkan. (pixabay)
0 Komentar

CIANJUR, CIANJUREKSPRES – Orientasi sex menyimpang kaum LGBT sulit disembuhkan.

Kepala Sekretariat Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Cianjur, Hilman mengatakan, jika orang dengan orientasi sex meyimpang atau atau lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) akan sulit disembuhkan.

“Mereka akan sulit untuk disembuhkan. Banyak yang datang ke KPA bilang ingin sembuh, tapi nyatanya mereka kesulitan karena ruang lingkup pergaulan yang itu-itu saja, juga karena mereka sudah merasakan kenikmatan dari aktivitas seksual menyimpangnya,” ujar Hilman pada Kamis (9/3) malam.

Namun, kata Hilman, terdapat satu orang gay yang binaan KPA, yang menyatakan akan insaf.

Baca Juga:Situs Gunung Padang Berpotensi jadi Salah Satu Keajaiban DuniaAturan Stop Jual Pertalite Malam di Cianjur Tak Miliki Dasar Hukum

“Ada satu orang yang ada di kantor yang mau tobat setelah dilakukan pembimbingan oleh anggota kita,” ujarnya.

Menurut data, sejak 2015 KPA mencatat terdapat sekitar 500 orang dengan penyimpangan seksual LGBT khususnya gay atau Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) di Cianjur. 40 diantaranya menjadi orang dengan HIV/Aids (ODHA).

“Sedangkan data akumulasi dari 2001 hingga saat ini ada 1.600 lebih ODHA. Kebanyakan penularannya melalui aktivitas seksual menyimpang. Sedangkan yang dari HIV/Aids keturunan itu jumlahnya sedikit. Seperti anak yang positif HIV/Aids karena ayahnya menularkan HIV/Aids ke ibunya,” kata Himan.

Dari data yang berhasil dihimpun, jumlah LSL reaktif yang terdata di Cianjur sejak 2015 hingga 2023 mencapai kurang lebih 500 orang. Dari jumlah tersebut, 165 diantaranya dalam tahap pengobatan. Sedangkan jumlah LSL reaktif yang meninggal dalam kurun waktu tersebut jumlahnya mencapai 21 orang.

Menurut Hilman, aktivitas LGBT di Cianjur layaknya fenomena gunung es, masih banyak orang-orang dengan orientasi seks menyimpang juga ODHA yang tidak terdata dan diperkirakan jumlahnya capai ribuan.

“Rata-rata yang ODHA usianya diatas 15 tahun keatas dan dibawah 35 tahun. Usia-usia sekolah. Fenomena ini layaknya gunung es, masih banyak yang belum terdata,” beber Hilman.

0 Komentar