Sinopsis Film Ca-bau-kan, Mengangkat Budaya Tionghoa, Cocok Untuk Liburan Imlek, ini Linknya

Sinopsis Film Ca-bau-kan, Mengangkat Budaya Tionghoa, Cocok Untuk Liburan Imlek, ini Linknya
Istimewa
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Ca-bau-kan (Internasional: The Courtesan) merupakan film drama romantis tahun 2002 dari Indonesia yang diangkat dari novel Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa karya penulis Indonesia Remy Sylado.

Film ini mengangkat budaya Tionghoa Peranakan di Hindia Belanda dan Indonesia, dengan latar cerita yang mencakup zaman kolonial Belanda pada tahun 1930-an, pendudukan Jepang pada 1940-an, hingga pasca-kemerdekaan tahun 1960. Istilah Ca-bau-kan sendiri adalah Bahasa Hokkian yang berarti “perempuan”, yang saat zaman kolonial diasosiasikan dengan pelacur, gundik, atau perempuan simpanan orang Tionghoa.

Pada zaman kolonial Hindia Belanda, banyak Ca-bau-kan yang sebelumnya bekerja sebagai wanita penghibur sebelum diambil sebagai selir oleh orang Tionghoa.

Baca Juga:10 Rekomendasi Film Untuk Libur ImlekFilm Mulan Cocok Untuk Temani Imlek, ini Sinopsis dan Linknya

BACA JUGA : Film Mulan Cocok Untuk Temani Imlek, ini Sinopsis dan Linknya

Sinopsis

Menceritakan seorang wanita betawi muda. Dia kehilangan suaminya tak lama setelah menikah dan diusir dari keluarga mendiang suaminya saat sedang mengandung.

Tragedi tersebut bertambah parah dengan gugurnya kandungan wanita tersebut yang diikuti dengan masuknya Dia ke dalam dunia prostitusi Ca-bau-kan atas dorongan Bibinya, Saodah (Lulu Dewayanti).

Cerita dimulai dari pulangnya Giok Lan (Niniek L. Karim), seorang wanita lanjut usia yang dulu dipungut anak dan tinggal di Belanda, ke Indonesia. Ia kembali ke Indonesia untuk mencari tahu asal usul dan latar belakang hidupnya dan keluarganya yang sebenarnya.
Dia akhirnya tahu bahwa Ibu kandungnya adalah wanita betawi pribumi tadi yang bernama Siti Noerhajati, yang kerap dipanggil “Tinung” (Lola Amaria), seorang Ca-bau-kan yang sering menghibur orang Tionghoa pada zaman kolonial Belanda di Indonesia.

Ayah kandungnya adalah Tan Peng Liang, seorang pedagang tembakau Tionghoa Peranakan dari Semarang. Mereka berdua adalah orang tua kandung dari Giok Lan, sang narator film.

Cerita berpindah ke masa lalu, pada tahun 1933. Tinung menjadi seorang Ca-bau-kan di daerah Kalijodo, Batavia, dan tak lama kemudian Tinung pun menjadi sangat populer dan terkenal karena kecantikannya. Karena kecantikannya tersebut, Tinung sempat dijadikan wanita simpanan oleh seorang tauke (juragan) pisang berperangai kasar yang bernama Tan Peng Liang (Moeljono).

0 Komentar