Dijelaskan Gayot, dengan adanya penurunan harga jual sayuran dikalangan petani hortikultura ini tentunya akan berdampak pada modal awal untuk kebutuhan kebun.
“Pastinya akan berpengaruh, lantaran modal awal yang sudah dikeluarkan tidak sesuai dengan hasil penjualan,” katanya.
Menurutnya, tak sedikit modal awal untuk kebutuhan cocok tanam dikebun. Mulai dari belanja bibit, pupuk, pestisida, dan biaya perawatan.
Baca Juga:Produk UMKM Cianjur Masuk Ritel ModernTak Ada TPS, Sampah Menumpuk Sembarangan di Jalan Protokol Cipanas
“Memang tergantung dari luas lahan, akan tetapi tetap saja kalau lagi pas panennya lusuh seperti ini artinya harus kembali mengeluarkan modal awal,” ujarnya.
Disisi lain, petani pucuk labu Aep (74) mengatakan, dari sejak lama dirinya tidak pernah menanam jenis sayuran lain selain labu yang diambil pucuknya.
Aep mengatakan, pucuk labu bisa dibilang harganya tetap normal meski harga sayuran lainnya mengalami penurunan.
“Kalau pucuk labu ini saya perhatikan tidak pernah mengalami anjlok, bahkan cenderung normal,” katanya.
Dikatakan Aep, harga pucuk labu per kilogramnya tidak kurang dari Rp2.500 bahkan sampai diharga Rp4 ribu per kilogram.(dik/yis)