Bukan Hanya Kemiskinan, BKKBN Sebut Pola Asuh Jadi Penyebab Stunting

Bukan Hanya Kemiskinan, BKKBN Sebut Pola Asuh Jadi Penyebab Stunting
Stunting atau gagal tumbuh pada anak dapat berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit (Pixabay)
0 Komentar

Cianjurekspres.net- Stunting atau gagal tumbuh pada anak dapat berisiko menghambat pertumbuhan fisik dan kerentanan anak terhadap penyakit.

Selain itu juga stunting akan menyebabkan hambatan perkembangan kognitif yang dapat berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak di masa depan.

Seringkali terjadinya kasus stunting dikaitkan dengan persolana kemiskinan, baru-baru ini Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyatakan bahwa kemiskinan bukan jadi penyebab utama terjadinya stunting di Indonesia.

Baca Juga:HUT Bhayangkara ke-76, Polres Cianjur Dapat Surprise dari Dandim 0608/CianjurHari Ini! Cek Harga Tiket PRJ 2022 dan Jadwal Konsernya

Hal ini berdasarkan pada data survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, angka prelevansi stunting secara nasional masih ada di angka 24,4 persen. Artinya terdapat enam juta anak yang mengalami gagal tumbuh atau dalam kondisi stuntung.

“Kemiskinan bukan satu-satunya permasalahan dalam stunting, pengetahuan yang minim saat sebelum menikah, hamil dan pola asuh yang salah terhadap anak bisa menjadi penyebab terjadinya stunting.” terang Siti Fathonah, Penyuluh KB Utama BKKBN dalam keterangan tertulis pada Jumat, (1/7/2022).

Fathonah menuturkan seringkali banyak pihak menyalahkan bahwa tingkat kemiskinan identik dengan pendapatan yang rendah sehingga asupan gizi anak tidak maksimal. Sayangnya, stunting dapat terjadi meski seorang anak berada di dalam keluarga yang kaya sekalipun.

Sebab permasalahan stunting di Indonesia, cederung terjadi akibat pola asuh yang salah diterapkan dalam keluarga dan minimnya pengetahuan terkait kesehatan perempuan dan anak bahkan sejak sebelum pernikahan.

Dengan demikian, supaya anak terhindar dari stunting, kata Fathonah, calon pengantin perempuan disarankan untuk memeriksakan kesehatannya mulai dari pemeriksaan lingkar lengan, berat badan, dan tinggi badan. Kemudian pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mengetahui apakah calon ibu memiliki anemia.

Fathonah menambahkan untuk ibu hamil, gizi yang diberikan oleh keluarga harus seimbang. Pemeriksaan kehamilan untuk memantau tumbuh kembang janin juga harus rutin dilakukan.

“Kalau dari semua indikator itu ada yang merah, dia diminta ke puskesmas agar mendapat treatment. Makanya tiga bulan sebelum menikah harus mendaftar di aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah Siap Hamil) agar terkontrol,” ujar Fathonah.

0 Komentar