Rawan Bencana, Tetapi BPBD Cianjur Minim Alat Komunikasi

Rawan Bencana, Tetapi BPBD Cianjur Minim Alat Komunikasi
Ilustrasi: Sejumlah warga saat melakukan evakuasi material longsoran yang menutup jalan. Penggunaan alat berat sangat membantu proses penyingkiran material longsoran yang menimbun jalan.(Istimewa)
0 Komentar

Cianjurekspres.net – Minimnya alat komunikasi menjadi kendala yang kerap dihadapi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur saat di lapangan.

“Berdasarkan internet ketika cuaca tidak mendukung akan sangat sulit dan susah, ketika ada kejadian akan sangat telat,” kata Sekretaris BPBD Cianjur, Rudi Wibowo, Rabu (1/12).

Menurutnya, sulitnya komunikasi sering terjadi di beberapa wilayah rawan bencana di Cianjur bagian selatan. Rudi mengatakan, sebagai antisipasi pihaknya menyiapkan alat komunikasi seperti radio.

Baca Juga:Jembatan Gantung Cibuni Putus, Bupati Cianjur Perintahkan Dinas PUPR PerbaikiUMK Cianjur 2022 Tak Naik, SPN Sebut Melukai Hati Buruh

“Kita upayakan penyediaan radio semenjak saya menjabat bertugas sebagai Sekban BPBD Cianjur,” terangnya.

Namun, ungkap Rudi, penyediaan alat komunikasi radio sebagai sarana penanggulangan bencana masih terbilang minim. “Untuk radio kalau di bilang memenuhi kita seadanya, kalau di bilang kekurangan jelas kekurangan,”paparnya.

Rudi menjelaskan, hal tersebut karena tidak adanya pengadaan baru khususnya alat komunikasi radio. “Tak ada pengadaan baru, tapi saat ini hanya memanfaatkan komunitas pengguna-pengguna radio yang ada seperti ORARI, RAFI FM dan lainnya, itu pun belum maksimal,” katanya.

Seiring meningkatnya curah hujan akibat dampak La Nina, Rudi mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. “Kita lebih siaga, karena puncaknya akhir dan awal tahun, tentunya kepedulian terhadap bencana harus lebih ditingkatkan,” katanya.

Menurut Rudi, saat ini banyak yang menjadi korban bencana alam memang karena sebagian masyarakat membuat permukiman di daerah rawan terjadi bencana.

“Seperti di lereng atau di bukit kan membuat rumah, atau di bantaran sungai itu kan tidak boleh, karena sangat bahaya, walaupun kita sudah memasang rambu agar tidak membuat disitu, tapi mau gimana karena kan punya tanahnya disitu,”kata dia.

Rudi menuturkan, bahwa pihaknya sudah membuat pemetaan mitigasi daerah rawan bencana. “Kita sudah membentuk tim, saya bagi 7 tim setiap hari standby 24 jam untuk piket, bila mana terjadi bencana beberapa titik, tim satu kami turunkan, dan tim dua standbye. Kika tim dua diturunkan, tim tiga di kantor. Jadi setiap hari bisa sampai dua hingga tiga tim bisa diturunkan,”pungkasnya.(dik/yis/hyt)

0 Komentar