Acara ini dihadiri komunitas angklung se-Jabar, Jabar Masagi, jejaring dan stakeholders lain, perangkat daerah kabupaten/kota, perguruan tinggi di Bandung Metropolitan, serta masyarakat umum yang diundang melalui sosial media dan jejaring komunitas seni budaya baik dalam dan luar negeri.
“Semoga bisa menumbuhkan semangat dan cinta angklung yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia,” kata Dedi.
Sementara itu, Delegasi Tetap RI untuk Unesco Prof. Is Munandar mengingatkan angklung sebagai warisan budaya tak benda pemilik utamanya adalah masyarakat. “Berarti kita semua,” sebut Is.
Baca Juga:Ridwan Kamil: Pemuda Harus Lakukan Ini Menuju Indonesia Emas 2045Teddy Minahasa Klaim HDCI Akan Turut Serta Membangkitkan Pariwisata Indonesia
Tantangan berat mendatang adalah bagaimana masyarakat berperan mewariskan angklung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Angklung bukan museum yang sifatnya statis, tapi budaya tak benda yang dinamis. “Jadi harus kreatif menyesuaikan perkembangan zaman,” katanya.
Pada 11 tahun pengakuan angkung oleh dunia ini, Unesco merekomendasikan beberapa hal. Pertama, memperkuat mekanisme dukungan pemulihan kepada para pembawa warisan bduaya tak benda ini baik di tingkat lokal dan internasional. “Webinar ini salah satu bentuk dukungan kita,” sebutnya.
Kedua, memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan fisibilitas dan pemahaman terhadap warisan tak benda ini. Ketiga, memperkuat hubungan angklung dengan masyarakat.
Webinar diisi diskusi para panelis dari dalam dan luar negeri, di antaranya Profesor Henry Spiller peneliti dari Departement of Music University of California, Davis Amerika Serikat. Kemudian, Dr Paphutsorn Koong Wongratanapitak, seorang antropolog musik asal Thailand jebolan Ethnomusicology Shool of Oriental and African Studies University of London.
Kemudian Tricia Sumaryanto, konduktor dari House of Angklung Wahington DC, Ketua Perhimpunan Pegiat Angklung Indonesia Sam Udjo, Dr. Dinda Satya peneliti angklung, serta Taufik Hidayat dari Saung Angklung Udjo. Selain diskusi tentang angklung, webinar internasional ini juga diisi oleh banyak pertunjukan angklung berkolaborasi dengan budaya lain di Indonesia seperti Aceh, Batak, serta pertunjukan yang dilakukan virtual dari Amerika Serikat. (*/nik)