Polaritas sosial politik yang terjadi selama ini menunjukkan bahwa publik Jawa Barat masih terbelah dalam referensi politik figur yang berbeda.
Taruhlah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, boleh dibilang memiliki basis jaringan massa yang kuat juga di Jawa Barat. Ini artinya, daftar pemilik suara Jawa Barat yang mencapai sekitar 32,6 juta orang pada Pemilu 2019, belum aman di genggaman Kang Emil.
Perlu faktor-faktor lain untuk merawat dan merengkuh daftar Pemilih Tetap (DPT) terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia itu, melalui posisinya sebagai kepala daerah Jawa Barat.
Baca Juga:Optimalisasi Pengumpulan Zakat, Baznas Lantik Pengurus UPZ Polres CianjurDorong Minat Industri Kreatif, BRI Dukung Jakarta Content Week: Road to Sarinah
Formulasi untuk merawat dan melejitkan tingkat keterkenalan atau pengetahuan publik serta afeksi terhadap figur dan kinerja serta kepemimpinannya memang masih terbuka lebar.
Masih ada sekitar 3 tahun lagi untuk merealisasikan setiap konsep dan program pembangunan serta pelayanan publik yang sudah disusunnya sehingga secara tidak langsung akan memoles citranya sebagai seorang pemimpin yang kompeten, kreatif dan inovatif, sekaligus disukai publik Jawa Barat.
Dengan begitu,rekam jejak kepemimpinannya akan terekam di benak publik luas Indonesia. Terlebih, panggung kerja dan prestasi sebagai kepala daerah termasuk etalase sekaligus modal yang paling mudah untuk dirawat, demi menjaga stabilitas popularitas dan elektabilitas serta akseptabilitasnya.
Jika memang Kang Emil berencana melenggang dan bertarung dalam kontestasi politik 2024, tentunya sebagai simbolisasi dari representasi masyarakat Jawa Barat.(adv/hyt)
Penulis: Eko Sri Raharjo
Kandidat Doktoral Ilmu Politik Universitas Indonesia, Peneliti Politik dan Kebijakan Publik Mandala Research Institute