Tren positif itu menurutnya akan terus berlanjut setelah holding ketiga perusahaan pelat merah itu berjalan efektif. Saham BBRI akan terakselerasi dengan cepat, bahkan memungkinkan mencetak rekor di atas Rp6.000.
“Apakah dimungkinkan bisa mencapai Rp5.000, atau Rp5.500, atau Rp6.000? Ya, bisa saja sepanjang realisasi kinerja pertumbuhan riil terlihat di mata pelaku pasar,” katanya.
Dihubungi terpisah, Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan memaparkan saat ini saham BBRI diperdagangkan pada price to book value (PBV) 2,37 kali (perdagangan Rabu [14/7]). Angka itu masih berada di bawah level BBCA yang mencapai 4,1 kali.
Alfred memperkirakan dalam jangka pendek, arah pergerakan saham BBRI secara tidak langsung akan dikendalikan oleh harga rights issue. Kendati demikian, ke depan potensi harga saham BBRI akan lebih baik dan terdongkrak.
Baca Juga:BRINS Kenalkan Greensurance Sebagai Proteksi Kendaraan Ramah LingkunganSidak Bareng Forkopimda, Bupati Cianjur Perintahkan Dinkes Pantau Pelayanan RSDH
Optimisme itu, kata Alfred, mengacu pada kinerja PNM dan Pegadaian yang juga tak kalah positif dari BRI. Meski kapitalisasi PNM dan Pegadaian tak sebesar induk holdingnya, menilik kinerja pada tahun lalu laba kedua perseroan itu mencapai sekitar 12%-13% dari laba BRI pada tahun buku 2020.
Artinya, ke depan keuntungan usaha yang dihasilkan PNM dan Pegadaian akan cukup signifikan mendongkrak perolehan laba BRI sebagai induk holding. Faktor fundamental tersebut tentunya akan menjadi pertimbangan positif investor di pasar modal dalam mengapresiasi saham BBRI ke depan.
“Dengan ekspektasi keberhasilan sinergi maka kontribusi akan semakin meningkat dan mendorong pertumbuhan BRI ke depan. Pasca realisasi holding mikro (BUMN UMi) kami menargetkan valuasi BBRI berada di level 2,8 hingga 3,0 kali PBV,” tutupnya.(rls/hyt)