Tahun Kerbau

Petir Politik
ilustrasi.(ist)
0 Komentar

BESOK lusa kita memasuki Tahun Kerbau. Jenisnya Kerbau Logam. Apakah kita akan jadi orang dungu seperti kerbau? Atau harus kerja keras seperti kerbau?

Yang utama, seperti apa ekonomi kita di Tahun Kerbau?

Selalu ada dua sisi penglihatan: yang optimistis dan yang pesimistis. Atau yang over confident dan yang realistis.

Yang optimistis mengatakan ekonomi tahun ini bisa tumbuh 5,5 persen. Saya amati yang optimistis itu umumnya ekonom pemerintah. Atau yang dekat dengan pemerintah.

Baca Juga:HPN 2021, Plt Bupati dan Wartawan di Cianjur Bagi-bagi MaskerIni Penyebab Penyintas Covid-19 Bisa Terinfeksi Lagi

Sikap itu didasari banyak hal. Misalnya vaksinasi lagi dikebut. Keraguan akan keseriusan vaksinasi itu pelan-pelan bisa hilang dari medsos –yang semula bisingnya bukan main.

Kalau akhir Juli nanti vaksinasi bisa selesai –terutama di provinsi-provinsi penting secara ekonomi– roda akan bisa mulai berputar di bulan September.

Berarti kita punya sisa 5 bulan yang kerbaunya bisa dipacu. Apakah kerja keras lima bulan bisa mengejar pertumbuhan 5,5 persen. Kita akan buktikan. Sekali lagi. Apakah akan ada perkembangan yang meroket.

Dukungan alasan lainnya: secara empiris setiap kali selesai krisis, ekonomi bisa tumbuh cepat. Itu naturalnya. Itu terbukti di mana-mana. Setahun terakhir kita dalam keadaan resesi. Pertumbuhan ekonomi 2020 minus 2,3 persen.

Di kalangan ekonom pemerintah, minus segitu dianggap hebat. Berhasil. Negara lain ada yang jauh lebih dalam –meski ada juga yang tetap positif seperti Tiongkok (plus 2,4 persen) dan Bangladesh (plus 5,2 persen).

Dukungan optimistis lainnya adalah: inflasi kita rendah. Bahkan ada yang membanggakan soal cadangan devisa. Yang sekarang mencapai 135 miliar dolar. Yang tertinggi dalam sejarah Indonesia.

Pembentukan SWF juga disebut sebagai salah satu faktor pendorong optimisme. Bahkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan adanya komitmen dana dari luar negeri untuk SWF. Nilainya mencapai Rp 133 triliun.

Baca Juga:Kemenkes: Indonesia Bebas Covid di 2022Jawa Barat Miliki 3.800 Posko Covid-19 di Tingkat Desa/Kelurahan

Saya sendiri berharap banyak pada SWF. Agar BUMN infrastruktur bisa segera dapat dana. Terutama agar bisa membayar subkontraktor. Yang umur tagihannya sudah ada yang satu tahun. Subkontraktor adalah perusahaan kecil. Setahun belum dibayar adalah bencana.

Hampir semua ekonom di luar pemerintah pesimistis, atau dalam kata lain, ”realistis”. Misalnya ekonom Dr Rizal Ramli. Yang aktif mencari kendaraan untuk jadi Capres 2024. Atau Dr Anthony Budiawan, ekonom lulusan Belanda yang satu grup dengan ekonom Kwik Kian Gie. Yang kini lagi laris sebagai pembicara berbagai seminar.

0 Komentar