Cianjurekspres.net – Suhu politik di Cianjur yang sempat turun akibat Pandemi Covid-19 kini mulai naik kembali. Sejumlah partai politik pun sudah memanaskan mesin politiknya, seiring akan digelarnya kembali tahapan Pilkada 2020.
Namun, siapa yang diuntungkan, apakah peta koalisi parpol akan berubah, lalu bagaimana para kandidat dan partai menyiasati kampanye ditengah wabah Korona menjadi pertanyaan menarik untuk dibahas.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurni Syah, mengatakan, kondisi sekarang ini pasti sangat menguntungkan incumbent atau petahana yang mau tidak mau mempunyai akses untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat berdalih bantuan segala macamnya. Hal ini ditambah dengan lemahnya pengawasan oleh penyelenggara dan pengawas Pemilu, karena terganjal regulasi yang menghambat kerja pengawasan.
“Satu sisi menguntungkan karena petahana punya akses ke masyarakat dengan dalih program pemerintah. Kemudian dari sisi lemahnya pengawasan, Bawaslu dan KPU tidak punya wewenang yang sangat leluasa karena kondisi pandemi,” katanya.
“Bawaslu di daerah termasuk Cianjur, mereka pasti tidak bisa berbuat banyak karena terganjal regulasi, kira-kira itu. Tapi yang pasti dengan kondisi penanganan wabah Covid-19 ini, petahana diuntungkan dua hal itu,” imbuhnya.
Baca Juga: Jangan Ditunda Lagi, IPO Desak KPU Terapkan Protokol Next Normal di Pilkada 2020
Sedangkan kerugian bagi paslon atau kandidat diluar koalisi petahana. Pertama, akan sangat berat sekali menjangkau masyarakat dan membutuhkan waktu yang panjang jika melakukan kampanye secara gerilya. Lalu yang kedua, mereka harus menguatkan simpul- simpul tokoh-tokoh (masyarakat) yang paling berpengaruh.
“Paling merugikan lagi, mereka tidak bisa mengkonversi kegiatan petahana untuk mereka ikuti, karena petahana punya infrastrukturnya, sementara mereka tidak punya. Maka, mau tidak mau hanya akan mengandalkan kerja tim di non petahana dan mereka harus betul-betul solid. Contohnya independen yang tidak punya afiliasi dari parpol tertentu akan sangat berat sekali, ” ujar Dedi.
Dirinya menilai Pilkada 2020 sangat menarik, selain karena kondisi darurat, juga sosialisasi serta pengenalan kepada publik yang berkurang. “Sangat tidak imbang kalau dilihat dari struktur peta politiknya. Makanya kalau ada petahana yang kalah di Pilkada 2020, berarti ada kesalahan fatal pada proses kampanyenya,” kata Dedi.