Menakar Peta Politik Pilkada Cianjur Di Tengah Pandemi Covid-19

Survei Pilpres: Prabowo Unggul Dipertanyaan Terbuka, Kalah Dipertanyaan Tertutup
Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah.(ist)
0 Komentar

Baca Juga: Pilkada 2020 Tetap Digelar 9 Desember
Kaitan dengan peta koalisi, Pengamat Politik Universitas Telkom Bandung itu menegaskan besar kemungkinan koalisi yang sudah terbentuk akan tetap berjalan. Karena mengubah komposisi akan berpengaruh besar terhadap model kampanye tertutup yang akan diterapkan pada Pilkada tahun ini. Tanpa ada kampanye terbuka, maka soliditas Parpol sangat menentukan.
“Satu sisi kan, pasti corak kampannye akan beralih ke kampanye gerilya. Seperti yang dilakukan PKS, simpul simpul ketokohan kader mereka di lapangan itu menurut saya paling umum. Lalu yang kedua, pasti menguatkan kampanye jejaring sosial entah itu di media massa mebangun opini termasuk juga di media sosial. Sementara untuk tatap muka secara berkerumum kan sudah tidak bisa lagi dilakukan,” katanya.
Lebih lanjut Dedi mengatakan, koalisi PDIP, Golkar, Nasdem, PAN dan PPP yang sudah terbentuk serta sepakat mengusung Herman Suherman-Tb Mulyana Syahrudin besar kemungkinan akan tetap berjalan. Meskipun Golkar memiliki delapan kursi, tidak lantas membuat mereka harus memimpin.
“Tetapi dengan kondisi Golkar Jabar yang saat ini dipimpin kader Cianjur, bisa saja ada godaan perombakan. Tetapi sejauh ini belum terlihat adanya ambisi Golkar merubah posisi kemitraan koalisi,” tandasnya.
Sementara bagi partai politik diluar koalisi petahana, yakni Gerindra, PKS, PKB dan Demokrat, menurut Dedi jika sampai terjadi dua kubu tentu akan sangat berat sekali mengalahkan petahana.
Baca Juga: KPU Cianjur Hitung Ulang Kebutuhan Anggaran Pilkada 2020
“Saran terbaik, mereka mestinya bersatu. Cukup rasional Gerindra dengan posisi 11 kursi yang belum mempunyai tokoh unggulan, mau tidak mau harus menurunkan ego. Saya fikir. Golkar bisa di contoh sebetulnya bagi Gerindra, dengan posisi kursi yang sama-sama besar tetapi instruksi (Golkar) untuk menang, bukan untuk mendapatkan posisi yang nomor satu. Siapapun yang diusung Golkar punya potensi menang, terserah apakah itu kader Golkar atau
bahkan diluar Golkar sekalipun,” paparnya.
Lebih lanjut Dedi mengatakan, ini bukan persoalan memenuhi syarat mengajukan calon, tetapi lebih kepada hegemoni dari petahana dengan sosok yang sudah dikenal ditambah dukungan partai politik memiliki kecakapan dan kemapanan dalam akses ke publik.

0 Komentar