Pembelajaran Daring Cocok di Indonesia

0 Komentar

JAKARTA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas) menyatakan, pembelajaran berbasis digital atau daring dan jarak jauh cocok dan penting untuk diterapkan di Indonesia yang memiliki kondisi geografis sangat luas.
“Kita sepakat pembelajaran daring sangat penting diterapkan di Indonesia melihat bentang geografi kita yang sangat luas,” kata Direktur Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja Bappenas Mahatmi Parwitasari Saronto dalam Dialog Nasional Masa Depan Pembelajaran Digital dan Jarak Jauh di Jakarta, Rabu (18/12/2019).
Ia mengatakan, kondisi geografis Indonesia yang memiliki daerah pegunungan, pesisir dan daerah-daerah terpencil lain menyebabkan pembelajaran berbasis daring perlu diterapkan di Indonesia guna meningkatkan aksesibilitas baik dari segi wilayah, gender maupun status disabilitas.
Selain itu, pembelajaran berbasis daring juga dianggap lebih fleksibel dan terjangkau dibandingkan pendidikan konvensional sehingga dapat mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan yang lebih merata.
Namun demikian, kata dia, penerapan sistem pembelajaran daring masih menghadapi sejumlah kendala, di antaranya adalah terkait konektivitas atau jangkauan dan tingkat literasi digital yang dimiliki masyarakat.
“Selain itu, kapasitas guru atau trainer itu sendiri juta masih menjadi tantangan utama,” ujarnya.
Menurutnya, Indonesia perlu memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran daring sehingga mampu mempercepat pelaksanaan kebijakan pemerataan akses pendidikan dan juga upaya peningkatan keterampilan.
Karena itu jika pemerintah ingin mengadopsi teknologi tersebut, tentu pemerintah perlu juga sering belajar untuk bagaimana membuat satu media pembelajaran yang dapat dikomunikasikan dengan baik dan dapat menghasilkan kompetensi yang memang diinginkan.
“Tentu saja pusat pembelajaran masyarakat di daerah perdesaan dapat memanfaatkan pembelajaran daring itu,” ujarnya.
Namun demikian, pembelajaran daring tersebut memerlukan infrastruktur, seperti koneksi Internet, komputer dan sarana teknologi lain untuk lebih memudahkan akses terhadap materi pembelajaran dan interaksi dengan guru atau pelatih.
“Itu jd penting dan pendekatan intervensinya harus bersifat keroyokan,” pungkasnya.(ant/nik)

0 Komentar