Museum itu dulunya adalah stasiun kereta api yang menjadi titik pertama pengangkutan hasil tambang untuk dibawa ke pelabuhan di Kota Padang.
“Dari silo itu, di sana nanti keretanya melewati stasiun ini (Sawahlunto) lalu akan menuju ke Muarakalaban lewat terowongan dari situ melewati berbagai stasiun hingga sampai ke Emmahaven,” kata Dedi merujuk kepada nama lama dari Pelabuhan Teluk Bayur di Kota Padang.
Mak Itam
Ketika Tambang Batubara Ombilin di Sawahlunto resmi menjadi warisan dunia UNESCO, tidak hanya Kota Sawahlunto yang mendapatkan sertifikat dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Enam kota dan kabupaten lain yang dilewati kereta pengangkut batu bara juga mendapatkannya.
Mak Itam, lokomotif uap legendaris yang membawa gerbong berisi batu bara, semasa beroperasi melewati wilayah Kabupaten Solok, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.
Masyarakat Minangkabau memberikan julukan Mak Itam atau Paman Hitam pada lokomotif keluaran Eropa dengan nomor seri E1060 yang digunakan untuk mengangkut batu bara sejak kemerdekaan Indonesia tahun 1945 itu karena badannya berwarna hitam dan mengeluarkan asap pekat.
Mak Itam mengangkut batu bara pada era kejayaan produksi batu bara Sawahlunto, yang tahun 1970-an dapat memproduksi sejuta ton batu bara per tahun.
Wisatawan yang tertarik menyusuri perjalanan Mak Itam dapat memulai penyusuran dari Museum Kereta Api Sawahlunto melewati terowongan Lembah Kalam menuju Stasiun Muarakalaban, yang masih masuk dalam wilayah administratif Kota Sawahlunto.
Dari sana, setelah melewati Solok wisatawan bisa menyusuri Danau Singkarak yang indah untuk menuju Stasiun Batu Tabal di Kabupaten Tanah Datar lalu melanjutkan perjalanan ke Stasiun Kayu Tanam di Kabupaten Padang Pariaman.
Jembatan kereta api yang masih kokoh berdiri di Kota Padang Panjang dan keindahan alam Lembah Anai bisa dinikmati selama perjalanan.
Sesampainya di Teluk Bayur, Kota Padang, ada situs yang menjadi warisan dunia UNESCO karena kaitannya dengan Tambang Ombilin Sawahlunto, yaitu situs Silo Gunung yang berada di dekat Pelabuhan Teluk Bayur.
Bekas gudang penampungan batu bara yang bangunannya belum sepenuhnya dipugar itu akan menjadi bagian tak terpisahkan dari wisata sejarah Kota Padang.