Siswa SMKN PP Diajari Berjualan

Siswa SMKN PP Diajari Berjualan
PRODUKSI: Sejumlah siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) SMK Negeri Pertanian Pembangunan (PP) Cianjur tengah melakukan produksi jajanan untuk mereka jual (FOTO: IST)
0 Komentar

CIANJUR – Para siswa jurusan Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) SMK Negeri Pertanian Pembangunan (PP) Cianjur melakukan pembelajaran teaching factory, di mana para siswa belajar secara langsung cara pembuatan produk makanan.
Kepala Produksi SMK PP Cianjur, Moch Angga Kusuma mengatakan, teaching factory yaitu mode pembelajaran berbasis produksi, jadi produksinya itu harus secara terus menerus selama satu minggu.
“Kebetulan kami bidang keahliannya itu APHP, maka dari itu hasilnya untuk teaching factory ini prodak olahannya yaitu roti dan susu,” kata dia kepada Cianjur Ekspres, Rabu (9/10).
Angga melanjutkan, dalam sehari untuk produksi roti menggunakan bahan bakunya sebanyak 5 kilogram, yang nantinya menghasilkan hampir 700 roti unyil. Untuk olahan susunya sampai sekarang dalam satu minggu bisa 70 liter, bisa yoget dan susu.
“Untuk pemasarannya ke SMP, SMK, SMA dan ke perbankan serta perkantoran yang berada di Kabupaten Cianjur. Selain itu ada di lingkungan rumah siswa. Jadi siswa bawa produknya dan menjualnya di rumahnya masing-masing, sekaligus pembelajaran bagaimana caranya mencari uang,” ungkapnya.
Sekarang, lanjut dia, anak-anak biasanya jadi reseler di sekolah, mereka bawa ke rumah terus jual lagi, terus besoknya dihitung banyaknya produk yang terjual. Tujuan adanya teaching factory pada awalnya siswa begitu ke luar mempunyai keahlian sesuai denga keahliannya, supaya mereka siap bekerja.
“Pada dasarnya sistem di sini hampir mirip dengan sistem indusri. Jadi mereka kerja cuman itu mode pembelajarannya, begitu ke luar anak-anak siap untuk bekerjanya dengan mental dan ilmu yang di dapat,” paparnya.
Angga melanjutkan, dengan adanya teaching factory siswa dapat mengembangkan minat berwira usaha dan siap berwirausaha. Saat ini target terdekat dengan adanya teaching factory, minimal uang sekolah siswa tidak dari orangtua, karena langsung dari hasil ini.
“Kita dapat penghasilan, dikumpulkan sistemnya itu di kembalikan lagi ke siswa, jadi mereka bisa menghasilkan juga. Jangka panjangnya sampai bayaran sekolah juga mereka tidak minta, karena ada SMK-SMK di luar Kabupaten Cianjur yang menerapkan teaching factory, sampai bayaran sekolah pun sendiri, kami ingin menciptakan siswa seperti itu,” pungkasnya (job/sri).

0 Komentar