“Dideklarasikan di Cianjur pusatnya Dewan Pimpinan Nasional, akhirnya dibentuk DPD di beberapa wilayah di Jawa Barat,” kata Andi.
Terbentuknya paguyuban juga dilakukan dari mulut ke mulut seperti yang dilakukan saat berburu benda pusaka. “Keberadaan benda pusaka juga dikabarkan dari beberapa teman lalu dikejar dan dilakukan komunikasi personal dengan pemegang benda pusaka,” ujar Andi.
Ia mengatakan, benda pusaka tersebut ada yang dibeli full, ada yang barter, dan ada yang tukar tambah. Menurutnya jika benda pusaka tersebut terjaga keasliannya harganya bisa mencapai Rp 15 juta sampai Rp 50 juta.
Lalu untuk benda pusaka peninggalan leluhur yang mempunyai cerita sejarah seperti keris sepuh bisa sampai Rp 300 juta.
Seorang pelestari benda pusaka lainnya, Dadan Suganda (40) warga Kampung Babakan Laban, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur, mengatakan ada beragam bentuk benda pusaka. Hal tersebut diidentifikasi terbentuk dari ciri khas daerah. Seperti di Jawa Barat ada sekitar 192 bentuk kujang.
“Contoh untuk benda pusaka kujang, saat ini masing-masing daerah memiliki perbedaan bentuk kujang, ada sekitar 192 bentuk kujang yang telah ditemukan, yang terkenal memang kujang ciung Wanara dari Garutan,” kata Dadan.
Dadan mengatakan kujang Ciung Wanara bentuknya seperti burung di bagian atas dan hewan monyet di bagian bawah. “Setelah zaman kemerdekaan banyak dibuat kujang baru dari bahan Kuningan dan diperjelas bentuk burung dan monyetnya,” kata Dadan.
Dadan mengatakan di Cianjur kujang juga punya ciri masing-masing. Ia berpesan memelihara benda pusaka jangan sampai menuhankan benda tersebut sesuai dengan moto PKPN.
“Moto kerja PKPN memelihara bukan untuk menuhankan, fokus menjaga dan melestarikan pusaka Nusantara,” katanya.
Ia mengatakan saat ini koleksi tertua benda pusaka ada pada jenis golok yang berumur sekitar 200 tahun. Pada guratan golok tersebut tergores angka 1793, lalu ada juga semacam keris betok Singasari.
“Benda pusaka yang berumur lama ada awal muawal kujang yakni kudi, namun zaman kerajaan Pajajaran beralih trend kujang,” katanya yang menduga kudi ada sebelum zaman kerajaan Pajajaran.
Para pelestari benda pusaka mengimplementasikan benda pusaka sebagai ilmu pengetahuan bagi generasi muda saat ini “Sudah ada bukunya setiap pusaka kami ceritakan untuk pengetahuan anak sekolah dan mahasiwa perguruan tinggi,” katanya.(yis/sri)