Generasi Petani Terancam Hilang

Generasi Petani Terancam Hilang
GENERASI PETANI: Sejumlah petani menggarap lahan sawah bukan di atas lahan milik pribadi, melainkan lahan milik oranglain. Kondisi ini berakibat kurangnya generasi petani. (ISTIMEWA)
0 Komentar

 
CIANJUR, cianjurekspres.net – Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, mengaku kesulitan untuk mencetak generasi petani. Apalagi dengan status kepemilikan lahan yang tidak banyak. Akibatnya pekerjaan di luar profesi petani lebih dipilih oleh generasi muda.
Minimnya minat generasi muda yang ingin menggeluti profesi sebagai petani serta minimnya lahan pertanian, menjadi keprihatinan tersendiri. Kurangnya tenaga petani bisa menjadi penyebab terus merosotnya jumlah lahan serta hasil pertanian.
Kepala Dinas Pertanian Perkebunan Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur, Mamad Nano, mengatakan, di Cianjur terdapat 17 ribu kelompok tani dengan rata-rata per kelompok terdiri dari 50 orang. Dari jumlah tersebut 40 persennya merupakan buruh tani, 30 persen petani penggarap, dan 30 persen lainnya pemilik lahan.
“Sedikitnya pemilik lahan itu yang sebenarnya menjadi kendala untuk mencetak generasi petani, dan jika ini dibiarkan generasi petani akan hilang,” kata dia saat ditemui di kantornya, belum lama ini.
Menurutnya, jika dipaksakan mencetak generasi petani tanpa memiliki lahan, maka yang ada hanya menambah jumlah buruh tani bukan petani pemilik lahan. Sementara buruh tani kurang dapat memberikan penghasilan yang cukup. “Jadi kurang begitu bisa dipaksakan mencetak generasi petani ini,” katanya.
Dia mengungkapkan, sulitnya mencetak generasi petani itupun membuat jumlah petani yang ada diperkirakan mengalami penurunan jumlah buruh tani setiap tahunnya, sehingga petani sulit untuk melakukan panen. Bahkan penurunan itu mencapai 10 hingga 15 persen per tahun, dan kemungkinan 10 tahun mendatang jumlahnya akan habis atau minimalnya sangat terbatas.
“Lihat saja di lapangan, sekarang cari buruh untuk panen itu susah. Masih ada tapi susah carinya, selain banyak beralih profesi, kurangnya lahan garapan jadi penyebab,” ucap dia.
Namun, lanjut Mamad, pihaknya tetap berupaya menggenjot petani muda dengan mengerahkan pada penyuluh pertanian. Seorang penyuluh ditugaskan untuk membina lima orang petani taruna. Bantuan-bantuan dari pemerintah pun lebih rutin diberikan supaya penghasilan para petani, penggarap ataupun buruh tani bisa maksimal. (bay/yhi)

0 Komentar