CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM- Guncangan gempa bumi berkekuatan 6,9 skala Richter melanda Filipina pada Selasa malam, 30 September 2025. Hingga Rabu pagi, otoritas setempat mencatat sedikitnya 69 orang meninggal dunia dan ratusan lainnya menderita luka akibat peristiwa tersebut.
Selain korban jiwa, gempa juga menimbulkan kerusakan serius pada sejumlah infrastruktur. Aliran listrik di banyak wilayah terputus, sementara fasilitas publik serta bangunan bersejarah mengalami kerusakan parah.
Laporan dari Inquirer menyebutkan, gempa memporakporandakan beberapa gereja tua di bagian utara Cebu.
Baca Juga:Vadel Badjideh Dijatuhi Hukuman 9 Tahun Penjara dalam Kasus Persetubuhan Anak dan AborsiWali Murid SDIT Al Izzah Serang Tolak Program MBG di Sekolah
Salah satu yang terdampak adalah Gereja Keuskupan Agung Santa Rosa de Lima di kota Daanbantayan, yang sebagian strukturnya roboh. Sementara itu, di Pulau Balayan, sebuah rekaman video memperlihatkan Gereja Parroquia de San Pedro Apostol berguncang hebat hingga lampu gantung di dalamnya berjatuhan.
Di Kota Bantayan, masyarakat panik ketika batu-batu besar runtuh dari bangunan gereja saat gempa terjadi. “Saya mendengar suara ledakan keras dari arah gereja, lalu melihat bongkahan batu berjatuhan. Untungnya, tidak ada korban di lokasi,” ungkap salah satu warga, Martham Pacilan.
Gempa juga berdampak besar pada sektor pendidikan. Kementerian Pendidikan Filipina mencatat sedikitnya 200 ruang kelas terdampak, dengan rincian: 198 ruang kelas mengalami kerusakan ringan, 26 rusak berat, dan 34 rusak parah.
Sejumlah sekolah kini ditutup sementara untuk alasan keamanan, sementara para siswa dialihkan ke tempat yang lebih aman.
Selain menghancurkan bangunan, guncangan juga mengganggu pasokan energi. Hampir seluruh wilayah Cebu dan pulau-pulau di sekitarnya mengalami pemadaman listrik total, membuat komunikasi dan evakuasi semakin sulit dilakukan.