CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM- Film terbaru berjudul “Jadi Tuh Barang” resmi tayang di bioskop mulai 18 September 2025. Dibungkus dalam genre komedi-drama, film ini menghadirkan kisah segar tentang cinta, persahabatan, hingga perjuangan hidup yang penuh lika-liku. Disutradarai oleh Kemal Palevi dan diproduksi oleh Komik Pictures, film berdurasi 1 jam 41 menit ini menjanjikan tawa sekaligus pesan kehidupan yang menyentuh.
Alur Cerita
Cerita berpusat pada sosok Bonar (diperankan Oki Rengga), seorang pria muda yang sedang terpuruk. Hubungan asmaranya dengan Cantika (Beby Tsabina) kandas karena ia dianggap tidak serius dan kurang berjuang. Dalam kondisi terpuruk secara emosional sekaligus finansial, Bonar tetap mendapatkan dukungan dari dua sahabat karibnya, Awang (Dicky Difie) dan Wongso (Steven Wongso).
Kehidupan mereka bertiga berubah ketika bertemu dengan Zara (Arafah Rianti), yang menawarkan pekerjaan unik: menjadi pawang hujan. Awalnya Bonar dan kawan-kawan menganggap tawaran itu sekadar klenik dan mustahil dilakukan. Namun karena desakan kebutuhan, mereka akhirnya menerima pekerjaan tersebut.
Baca Juga:Jadwal Samsat Keliling Cianjur Hari Ini, Rabu 24 September 2025Indonesia Siap Kirim Pasukan Perdamaian, Prabowo Sampaikan Sikap Tegas di PBB
Bagi Bonar, pekerjaan ini bukan sekadar mencari uang. Ia juga punya tekad untuk segera melamar Cantika, meski harus berhadapan dengan pesaing berat, Arnold (Ge Pamungkas), yang sudah lebih dulu mendapatkan restu dari ibu Cantika (Nurul Arifin).
Dengan gaya kocaknya, Bonar belajar dunia “ilmu hujan” lewat Ki Rengga (Arief Didu), seorang figur sakti dengan cara-cara nyeleneh. Dari sinilah beragam peristiwa lucu sekaligus penuh drama terjadi, ketika Bonar berusaha membuktikan dirinya layak diperhitungkan baik sebagai pawang hujan maupun sebagai calon pasangan bagi Cantika.
Tema dan Pesan Film
Meski dikemas ringan, film Jadi Tuh Barang mengangkat isu-isu kehidupan yang dekat dengan penonton: kegigihan anak muda mengejar cinta, tekanan ekonomi, persahabatan yang setia, serta usaha bertahan hidup di tengah keterbatasan. Unsur komedi hadir lewat tingkah konyol para karakter, tetapi tetap diimbangi drama emosional yang membuat ceritanya hangat dan relevan.
Film ini juga menyelipkan kritik sosial tentang fenomena pekerjaan unik di masyarakat, serta bagaimana seseorang rela melakukan apa saja demi cinta dan keluarga.