Kuda Kosong, Warisan Budaya dan Simbol Perjuangan Masyarakat Cianjur

Asal Usul Pawai Kuda Kosong Cianjur
Asal Usul Pawai Kuda Kosong Cianjur
0 Komentar

CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM- Kuda Kosong, yang juga dikenal dengan sebutan Helaran Kuda Kosong, merupakan tradisi budaya khas masyarakat Cianjur, Jawa Barat.

Tradisi ini telah diwariskan dari generasi ke generasi dan biasanya diselenggarakan setahun sekali, bertepatan dengan Hari Jadi Cianjur pada 12 Juli. Dalam pelaksanaannya, pertunjukan ini sering digabungkan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus.

Pertunjukan Kuda Kosong bukan sekadar hiburan rakyat, melainkan sarat dengan makna historis. Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap jasa para bupati Cianjur terdahulu, khususnya R.A.A. Wiratanudatar II yang dikenal sebagai pemimpin wilayah Pamoyanan. Berdasarkan cerita yang diwariskan secara lisan, sang bupati diberi tugas mengantarkan upeti berupa hasil bumi ke Sunan Mataram di Jawa Tengah.

Baca Juga:Harga Emas Batangan Hari Ini, Sabtu 12 Juli 2025, Stabil di Atas Rp1,9 Juta per GramRamalan Cuaca Cianjur Hari Ini, Sabtu 12 Juli 2025, Waspadai Hujan Ringan Sore Hari

Uniknya, upeti yang dibawa hanya terdiri atas sebutir beras, lada, dan cabai. Hal tersebut menyiratkan bahwa meskipun Cianjur memiliki hasil panen yang minim, rakyatnya dikenal berani dan gigih dalam menghadapi tantangan.

R.A.A. Wiratanudatar II berhasil menyampaikan pesan tersebut dengan cara diplomatis, sehingga Sunan Mataram memberikan seekor kuda jantan sebagai tanda penghargaan.

Kisah inilah yang kemudian menjadi dasar munculnya tradisi Kuda Kosong, yaitu pawai kuda tanpa penunggang. Ketiadaan penunggang menjadi simbol penghormatan kepada leluhur dan tokoh bersejarah yang telah berjasa besar bagi daerah Cianjur.

Nilai keberanian masyarakat Cianjur juga terlihat dalam sejarah perlawanan mereka terhadap penjajahan Belanda sekitar 50 tahun setelah masa R.A.A.

Wiratanudatar II. Di bawah pimpinan Rd. Alith Prawatasari, rakyat menggelar perlawanan dari desa ke desa melalui strategi gerilya, yang sempat memaksa pasukan Belanda mundur hingga Batavia.

Melalui pergelaran Kuda Kosong, masyarakat diajak untuk mengenang perjuangan masa lampau dan memaknai nilai-nilai luhur seperti keberanian, cinta tanah air, dan rasa hormat terhadap sejarah.

Selain menjadi sarana hiburan, tradisi ini juga berfungsi sebagai media pelestarian budaya serta sarana edukasi bagi generasi penerus.

Baca Juga:7 Tips Menjaga Kesehatan Tubuh di Tengah Cuaca Dingin Saat AphelionSridevi DA Meriahkan Pesta Raya Indosiar di Cianjur, Angkat Semangat HJC ke-348 Tahun

Helaran Kuda Kosong bukan hanya tradisi tahunan, melainkan juga lambang identitas daerah yang mencerminkan semangat dan kebanggaan masyarakat Cianjur yang tetap hidup hingga kini.

0 Komentar