Menelisik Lebih Dalam Sisi Lain Gunung Padang (Bagian 1)

Gunung Padang
MENJELASKAN: Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX Bandung, Deni Aritonang saat memberikan penjelasan bagian-bagian yang ada di Situs Gunung Padang.(Rikzan RA/Cianjur Ekspres)
0 Komentar

“Tangga asli ini sudah begini dari dulu,” kata Deni.

CUCU SANG PELAPOR

Setelah berdiskusi beberapa menit sambil mendaki tangga batu terjal, Deni membuka fakta, jika ternyata dia cucu dari petani yang pertama melaporkan keberadaan Gunung Padang pada Pemerintah Republik Indonesia pada 1979 silam.

“Ada 3 petani yang melaporkan keberadaan Gunung Padang pada Pemerintah RI saat itu, Suma, Endi, dan Abidin. Suma adalah kakek saya, ini KTP beliau,” ungkap Deni sambil mengeluarkan KTP milik Suma saat beristirahat sejenak di tangga terjal menuju area inti.

Di KTP terlihat nama aslinya, yakni Suma Bin Hasim yang lahir di Cianjur, 5 Juli 1932. 13 tahun sebelum Indonesia meraih kemerdekaan. KTP yang terakhir dicetak 2002 lalu, berlaku seumur hidup.

Baca Juga:Kantor Imigrasi Cianjur Gelar Layanan Paspor Simpatik di Januari 2025, Ini Tanggal dan TargetnyaKang Lepi Tegaskan Cianjur Selatan Butuh Perhatian Khusus

Di KTP milik Suma juga memperlihatkan nama asli Kampung Gunungpadang sebelum berubah, yakni Kampung Cipanggulaan. Saat situs Gunung Padang ditemukan, Kampung Cipanggulaan pun dibagi jadi 2 kedusunan, Dusun Gunungpadang dan Panggulan.

Deni juga mengungkap kebenaran namanya yang terkesan keturunan suku Batak karena terdapat marga Aritonang di belakang namanya.

“Lahir 1979 di Cianjur, nama asli saya Deni Santoso. Tapi karena sakit-sakitan, kakek saya (Suma) mengganti nama agar saya kembali sehat. Kepercayaan orang tua,” ungkap Deni.

Kakeknya disebut mengidolakan sosok Irjen Pol Edward Aritonang. Dengan alasan itu, nama belakang Deni pun diganti dari Santoso menjadi Aritonang.

“Banyak orang heran, kok keturunan Batak bisa mengetahui seluk beluk Gunung Padang. Padahal saya asli anak Gunung Padang. Dari kecil saya mainnya di sini,” kata Deni.

Deni mengabdikan diri menjadi pemelihara situs Cagar Budaya Gunung Padang sejak 1996. Baru pada 2007, dirinya diangkat menjadi PNS sebagai Juru Pelihara Cagar Budaya Situs Gunung Padang di BPK Wilayah IX Bandung di bawah Kementerian Kebudayaan RI.

SEHARI 6.000 PENGUNJUNG

Kejayaan situs Gunung Padang ternyata bukan hanya pasca diangkat jadi film dokumenter Ancient Apocalypse di Netflix 2022 lalu. Di mana jurnalis asal Inggris, Graham Hancock memperkirakan gugusan batu prasejarah dibangun sejak 25.000 sebelum Masehi (SM).

Deni menyebutkan, situs Gunung Padang justru berjaya di periode 2012-2014.

0 Komentar