Menelisik Lebih Dalam Sisi Lain Gunung Padang (Bagian 1)

Gunung Padang
MENJELASKAN: Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX Bandung, Deni Aritonang saat memberikan penjelasan bagian-bagian yang ada di Situs Gunung Padang.(Rikzan RA/Cianjur Ekspres)
0 Komentar

CIANJUR,CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Pamor Situs Megalitikum Gunung Padang kembali melejit beberapa waktu terakhir, tepatnya setelah disambangi Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon pada 31 Desember 2024 lalu.

Cianjur Ekspres pun tertarik untuk datang lagi, menelisik lebih dalam sisi lain Gunung Padang. Kamis, 9 Januari 2025 pagi bertolak dari Cianjur Kota, kami memilih rute utama lewat Desa Mayak, Kecamatan Cibeber.

Dari monumen Gunung Padang yang ada di sisi Jalan Raya Cibeber, kami kembali menempuh 18 kilometer lagi untuk sampai di sana (Situs Gunung Padang).

Baca Juga:Kantor Imigrasi Cianjur Gelar Layanan Paspor Simpatik di Januari 2025, Ini Tanggal dan TargetnyaKang Lepi Tegaskan Cianjur Selatan Butuh Perhatian Khusus

Cuacanya saat itu memang sedang gerimis. Tak disangka, semakin dekat menuju situs Gunung Padang, kabut tebal menyambut dan semakin pekat, membatasi jarak pandang.

Sebenarnya, perjalanan akan lebih seru jika tak berkabut.

Sekitar 2 kilometer dari situs Gunung Padang, pemandangan kebun teh di kanan kiri jalan begitu memukau. Ditambah lagi adanya perkampungan di lembah kebun teh, menambah ciamik landscape yang disuguhkan alam, seperti di negeri dongeng.

Tapi kabut tebal juga tak begitu buruk, menambah kesan mistik menuju situs megalitikum. Pengalaman yang layak untuk dikenang.

Sekitar kurang lebih 1 jam perjalanan, kami pun sampai di parkiran sekaligus gerbang masuk situs. Kabut yang tadinya tebal, hilang di lokasi itu.

Untuk menuju Situs Gunung Padang, pengunjung hanya perlu merogoh kocek Rp10.000 untuk tiket. Rp5.000 untuk karcis di jalan masuk sebelum Museum Gunung Padang dan Rp5.000 untuk karcis naik ke situs Gunung Padang.

Kami kembali bertemu dengan Juru Pelihara Cagar Budaya Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) IX Bandung, Deni Aritonang. November 2023 lalu, Cianjur Ekspres bertemu Deni, memercayakannya sebagai narasumber.

Kami membasuh wajah di Mata Air Kahuripan atau Kehidupan dalam Basa Sunda sebagai ‘sunnah’ sebelum mendaki. Deni pula yang mengambilkan air tersebut untuk kami siramkan ke wajah.

Baca Juga:RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung Tambah Layanan Eksekutif BaruLangkah Cepat DKPP Jabar Atasi Kasus PMK yang Menyerang Hewan Ternak 

Mata air itu konon tak pernah surut dan jadi sumber kehidupan bagi warga Kampung Gunungpadang, Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka.

Ada 2 akses tangga menuju area punden berundak di puncak Gunung Pandang, akses terjal dengan kolom batu andesit basaltik khas Gunung Padang dengan panjang 175 meter dengan 378 anak tangga. Sedangkan tangga lainnya jadi alternatif karena tidak begitu curam sepanjang 305 meter dengan 705 anak tangga.

0 Komentar