CIANJUR, CIANJUR.JABAREKSPRES.COM – Bulog Subdivre Cinjur telah menyerap kurang lebih 10.300 ton beras petani yang ada di Cianjur dan Sukabumi.
Hal itu disampaikan Kepala Buog Subdivre Cianjur, Renato Horison saat ditemui dikantornya beberapa waktu lalu.
“Targetnya tahun ini kita serap 10.000 ton beras. Tapi di Juni 2024 ini Bulog sudah serap 10.300 ton beras, selama ada potensi, kita terus menyerap beras petani lokal,” kata Renato.
Baca Juga:Bey Machmudin Luncurkan Buku West Java Outward Looking StrategyWest Java Festival 2024, Bey Machmudin dan Tokoh Masyarakat Konvoi Motor Listrik
Pada Juli 2024 lalu, peyerapan tidak dilanjutkan karena harga beras petani sudah di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yakni Rp11 ribu per kilogram.
“Kita tidak bisa beli di atas Rp11 ribu karena sudah peraturan dari pemerintah. Jika harga beli pemerintah naik, maka harga di pasar akan iku naik, itu hukum pasar agar petani tetap mendapatkan nilai yang baik,” kata dia.
Sedangkan untuk menjaga stabilitas harga beras di pasar bagi konsumen, pihaknya memiiki Penugasan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Beras.
SPSH pun dipasok ke pasar tradisional dengan harga tetap yakni Rp11 ribu pada pedagang. Dan pedagang harus menjual beras SPHP sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp12.500 per kilogram.
“Penyaluran SPHP itu agar beras medium tetap eksis di pasar. Dengan HET Rp12.500. Jadi pedagang masih ada untung Rp1.500 per kilogram,” jelasnya.
Dirinya menambahkan jika Bulog Subdivre Cianjur tak menyerap gabah, karena keterbatasan ruang penyimpanan. Pasalnya, gabah lebih banyak memakan tempat dibandingkan dengan beras.
“Seperti contoh, kalau kita beli gabah 2.000 ton, setelah digiling berasnya itu hanya 1.000 ton. Lebih baik baik kita beli beras agar penyerapan maksimal,” ungkapnya.