MERUJUK hasil Pileg, 14 Februari 2024 lalu, sah dan valid sudah jika partai kita, PKB, bukan lagi partai parsial –partai yang tangguh dan teruji sekian lama di Jawa Timur (saja).
PKB now adalah partai nasional karena terdapat 26 kursi DPR RI dari luar Pulau Jawa, sehingga ada 27 dari 38 provinsi se-Indonesia wakil PKB di DPR RI. 71% anggota legislatif terpilih di level nasional adalah sebuah results monumental, keren, dan layak ditimpali dengan syukur seraya tetap bekerja keras.
Dikerucutkan pada level Kabupaten Cianjur, kita juga layak apungkan tahmid karena ada kenaikan satu kursi, semula lima menjadi enam kursi, sebagai salah satu bagian inheren dari results monumental tersebut. Terdapat dua analisa di mata penulis atas pencaipan tersebut.
Baca Juga:KOAS 2024, Amanda Soemedi: Peserta di Grand Final Jadi Inspirasi Pengamal Al QuranAmankan Mudik dan Lebaran, Jabar Gelar Operasi Ketupat Lodaya
Pertama, faktor Gus Imin. Ketua umum kita, tak bisa dipungkiri, terus berhasil memimpin kita semua dalam mengelola partai. Terutama adalah dalam menciptakan kaderisasi berjenjang-berkelanjutan, serta menciptakan harmonisasi jejaring pemilih utama setia PKB yaitu pesantren dan nahdiyin.
Kaderisasi relatif tidak bersifat hit and run, namun sepenuhnya buah hasil didikan kader secara bertahap, panjang, dan konsisten. Parameter sederhana hal ini bisa dilihat dari minimnya PKB menjadikan artis-selebritis sebagai vote getter. Bandingkan dengan partai lainnya, termasuk partai Islam. Kalaupun ada selebritis yang masuk jadi caleg, kita pun sudah bisa melihat internalisasi ideologi dan preferensi bersangkutan pada partai sembilang bintang ini. Singkatnya, PKB selalu percaya diri, optimistis dengan memilih dan menawarkan kader internal didikan sendiri kepada masyarakat umumnya dan nahdliyin khususnya.
Harmonisasi kepada pesantren pun relatif dengan solid kita lakukan. Betul memang ada riak sedikit, terutama terkait sikap PBNU dan Menteri Agama atas relasi keduanya yang dipicu perbedaan pilihan dalam Pilpres, namun secara keseluruhan dinamika ini bisa kita semua tangani. Terbukti seperti saya tulis tadi di intro, bahwa muncul basis-basis pemilih baru yang mereka itu tetap ada kaitannya dengan akar pohon pesantren dari partai kita.
Kedua, Gus Imin tak hanya layak selalu disematkan sebagai politisi cerdas nan lincah sebagaimana barubaru ini diberikan Sekjen PDIP Bapak Hasto. Lebih dari itu, Gus Imin adalah uswatun hasanah bagi kita sebagai sosok politisi risk taker yang berani meninggalkan zona nyaman demi kemenangan bersama.