CIANJUREKSPRES – Pemerintah Desa Cibanteng, Kecamatan Sukaresmi, berharap korban bencana alam pergerakan tanah yang terjadi pada Agustus 2023 lalu, segera mendapatkan bantuan.
Pasalnya, bencana alam pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Kabandungan dan Kampung Sirnagalih hingga kini masih menyisakan sejumlah persoalan diantaranya terkait bantuan pembangunan kembali rumah korban pergerakan tanah.
Akibat bencana alam pergerakan tanah tersebut, sebanyak 44 kepala keluarga (KK) hingga kini nasibnya tak menentu karena belum memiliki tempat tinggal yang layak.
Baca Juga:Tim GTRA Verifikasi Calon Petani Penggarap di Batulawang CipanasAnggota DPRD Jabar: Perda Kesehatan Penting Bagi Masyarakat
“Sebagian warga (korban pergerakan tanah) ada yang masih mengontrak rumah, ada yang tinggal dengan saudaranya, dan bahkan ada sebagian yang terpaksa mendirikan dan tinggal di tenda,” ungkap Kepala Desa Cibanteng, Muryani kepada Cianjur Ekspres, Selasa (26 Maret 2024).
Muryani mengatakan, akibat tak kunjung mendapatkan bantuan dan nasibnya tak menentu, salah seorang warga atau korban pergerakan tanah mengalami tekanan batin hingga akhirnya meninggal dunia.
“Awalnya mengalami stres, tidak lama kemudian meninggal dunia,” katanya.
Muryani mengaku, pemerintah Desa Cibanteng pernah mengajukan permohonan bantuan ke Distarkim, BPBD dan Baznas Cianjur, agar para korban segera mendapatkan bantuan pembangunan kembali rumah mereka yang rusak dan rubuh akibat bencana pergerakan tanah.
“Pasca bencana alam pergerakan alam, para korban memang pernah mendapatkan bantuan berupa sembako dan beras dari Dinas Pertanian, namun bukan bantuan untuk tempat tinggal,” ujarnya.
Oleh karena itu, lanjut Muryani, kami berharap para korban bencana alam pergerakan tanah segera mendapatkan bantuan berupa pembangunan kembali rumah mereka.
“Kami sangat berharap korban pergerakan tanah segera mendapatkan bantuan agar mereka segera memiliki tempat tinggal yang layak dan aman,” harap Muryani. (des)