Urung mengakhiri hidupnya, dia kembali ke huntara. Sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Sandi pun kembali menyadari, jika anak sulungnya yang masih duduk di kelas 2 SD, membutuhkan sosok ayah setelah ditinggal ibunya.
Dari titik itu, dia mulai bangkit. Mulai berusaha mengikhlaskan kepergian dua anggota keluarganya dan berusaha menjadi ayah yang baik bagi anak satu-satunya itu.
“Walau pun masih sulit untuk melupakan, tapi saya harus tetap melanjutkan hidup demi anak semata wayang saya. Saat ini tidak ada yang lebih penting dari pada anak saya,” kata dia tegas. (can)