Cacat Permanen karena Gempa Cianjur, Ai Robiah Kini Perjuangkan Nasib Pengungsi

Cacat Permanen karena Gempa Cianjur, Ai Robiah Kini Perjuangkan Nasib Pengungsi
CACAT: Ai Robiah (42) (tengah) satu dari ribuan orang yang jadi korban luka akibat gempa 5,6 magnitudo yang guncang Cianjur pada 21 November 2022 silam. Kaki kirinya patah dan cacat permanen.( Rikzan RA/Cianjur Ekspres)
0 Komentar

Ai bahkan berencana untuk berhenti menjadi anggota Posyandu Sakura karena keterbatasan yang dia alami. Menurutnya, jika tetap menjadi anggota Posyandu, dia tak akan bisa memberikan kontribusi lagi.

“Dua sampai tiga bulan saya tidak bisa jalan, mencari ahli tulang pun sampai ke luar kota. Akhirnya saya berencana untuk berhenti saya ikut menjadi anggota pelayanan Posyandu,” kata Ai.

Namun, saat dalam kondisi putus asa itu, dia kembali melihat kondisi anak-anak di pengungsian yang mulai alami gatal-gatal. Butuh perawatan medis. Dia juga melihat anak-anaknya dan ibunya yang sudah usia senja. Akhirnya, Ai pun membulatkan tekad untuk semangat, sambil terus memberikan pelayanan kesehatan bagi anak-anak yang ada di pengungsian.

Baca Juga:BKKBN Dorong Kolaborasi Masyarakat Turunkan StuntingSurvei Elektabilitas 3 Capres 2024 Versi IPO: Prabowo 37,5%, Anies 32,7%, Ganjar 28,3%

“Mulai dari situ saya berusaha untuk bangkit dari keterpurukan. Saya ikut juga pelayanan Posyandu meskipun sambil duduk. Berusaha sembuh dan berlatih jelan normal lagi. Dan akhirnya saya tidak jadi berhenti dari Posyandu,” jelasnya.

Tak hanya itu, setelah pulih dia juga mulai mengorbankan tenaganya untuk membantu warga kampung yang masih tinggal di hunian sementara (huntara). Terhitung, ada 25 KK yang masih menghuni tenda terpal.

Kata dia, semua selain yang masih di tenda, beberapa warga sekitar juga ada yang sudah memperbaiki rumah yang rusak akibat gempa. Dia ingat, Bupati Cianjur Herman Suherman menyuruh warga membangun rumah yang rusak menggunakan dana talang yang nantinya bisa di-reimburstmen atau diganti oleh pemerintah.

“Saya tidak bisa membantu materi, makanya saya membantu sebisanya dengan tenaga. Saya kumpulkan semua data tetangga yang masih ada di huntara untuk kita coba ajukan agar mendapat bantuan dana stimulan pembangunan. Sedangkan yang sudah memperbaiki dengan uang sendiri, kita ajukan agar bisa mendapatkan uang reimburstment,” kata dia.

Dia sendiri memperbaiki rumahnya dengan uang sendiri. Totalnya kurang lebih Rp 10 juta. Sedangkan untuk warga lainnya, bahkan ada yang membangun ulang total rumahnya, diperkirakan sudah menghabiskan biaya sampai puluhan juta.

Dia berharap, pemerintah bisa menepati janjinya, juga menunaikan kewajiban soal penangan bencana, khususnya di Kampung Rawacina.(*)

0 Komentar