Namun, lanjut dia, pada 1950-an, terjadi pergeseran budaya, karena kuda kosong di kaitkan dengan hal mistis. Kuda tersebut dianggap tidak benar-benar kosong.
Menurutnya beredar cerita jika saat halaran atau arak-arakan kuda kosong, Rade Eyang Suryakencana sosok leluhur Cianjur dari bangsa gaib menaiki kuda tersebut.
Bahkan sebelum arak-arakan, ada ritual-ritual, mulai dari penyambutan oleh para pejabat daerah, penyiraman, hingga pengantaran lagi sosok Eyang Suryakancana.
Baca Juga:Wajib Tahu! Daftar Bupati Cianjur dari Masa ke MasaDownload Livery Truck Canter Bussid 2023 untuk Android, Gratis!
“Jadi dulu itu harus ada ritual, para pejabat berjejer di Pendopo menyambut kuda kosong selayaknya menyambut pejabat, kemudian ada ritual penyiraman oleh Bupati Cianjur, kemudian setelah acara ada prosesi pengantaran Eyang Suryakencana pulang, dan itu harus dihadiri para pejabat dengan berjejer di pendopo,” kata dia.
Ritual yang dianggap bertentangan dengan agama itupun membuat Kuda Kosong dilarang tampil pada tahun 1997.
Namun setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya budaya pawai kuda kosong pada tahun 2005 kembali dapat ditampilkan.
“Beberapa tahun ditiadakan, kemudian diizinkan lagi dengan menghapus sejumlah ritual yang dianggap bertentangan,” kata dia.
Menurutnya Kuda Kosong saat ini sebatas ditujukan sebagai tontonan atau pertunjukan budaya. Adapun masyarakat yang meyakini jika Kuda tersebut ditunggangi Raden Suryakencana masih banyak.
“Yang mempercayai adanya sosok yang menaiki kuda itu silakan, tapi perlu dipertegas jika Kuda Kosong sebagai pertunjukan budaya, tidak ada unsur mistis apapun. Juga sebagai pengingat sejarah Cianjur yang mendapatkan hadiah dari diplomasi yang begitu indah,” pungkasnya.
Demikian sejarah mengenai kuda kosong yang merupakan salah satu kebudayaan khas Cianjur yang erat kaitannya dengan berdirinya Cianjur.