Mamaos : Tembang Khas Cianjuran yang Melegenda

Lagu Mamaosan Cianjur
Doc : Lagu Mamaosan Cianjur
0 Komentar

CIANJUREKSPRES – Meski telah ada sejak dahulu, namun kesenian ini masih dilestarikan hingga sekarang dan menjadi ikonik masyarakat Sunda dan Cianjur. Gaya bernyanyi lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur adalah mamaos juga sering disebut dengan tembang Cianjuran.

Lagu daerah masyarakat Sunda dan Cianjur adalah mamaos nyanyikan oleh laki-laki. Namun seiring waktu, wanita juga menyanyikannya.

Hal ini buktikan dengan munculnya juru bahasa mamaos perempuan yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Sunda dan Cianjur.

Baca Juga:Ini Nih Lagu Tradisional Cianjuran yang Banyak DinyanyikanMaenpo Seni Bela Diri Cianjuran : Warisan Budaya Tak Benda

Mamaos yang memiliki makna seni budaya yang menggambarkan kehalusan budi dan rasa menjadi perekat persaudaraan dan kekeluargaan dalam tata pergaulan hidup sehari-hari.

Pada umumnya syair mamaos ini lebih banyak mengungkapkan puji-pujian akan kebesaran tuhan dengan segala hasil ciptaan-Nya.

Sejarah

Mengutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, menjelaskan tentang awal mula seni mamaos terbentuk yakni sejak 1761 seiring masa kepemimpinan R.A.A Wiratanudatar. Adapun seni ini sebetulnya baru berkembang di Cianjur sejak 1834.

Seni tradisi itu wariskan oleh Dalem Pancaniti atau RAA Kusumaningrat, Bupati Cianjur saat itu.

Bupati juluki dengan panggilan Kangjeng Pancaniti, karena Bupati Kusumaningrat dalam membuat lagu sering bertempat di sebuah bangunan bernama Pancaniti. Kusumaningrat merupakan seorang yang sangat peduli terhadap Mamaos Cianjuran.

BACA JUGA : Sosok Bupati Cianjur Masa Hindia Belanda yang Sangat Berpengaruh

Pada mulanya mamaos dinyanyikan oleh kaum pria. Baru pada perempat pertama abad ke-20 mamaos bisa dipelajari oleh kaum wanita. Hal ituTerbukti dengan munculnya para juru mamaos wanita, seperti Rd. Siti Sarah, Rd. Anah Ruhanah, Ibu Imong, Ibu O’oh, Ibu Resna, dan Nyi Mas Saodah.

Baca Juga:Lagu Mamaos, Tembang Cianjuran yang TersohorJulukan Cianjur Kota Santri, Simak Sejarah Singkatnya!

Adapun bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun, beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh.

Lagu-lagu mamaos yang mengambil dari vokal seni pantun menamakan lagu pantun atau papantunan, atau sebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan pupuh disebut tembang.

Komponen

Mengutip dari buku Gaya Petikan Kacapi Tembang (2018) karya J. Julia, menjelaskan tentang komponen yang harus ada dalam mamaos yakni vokal dengan pirigan atau instrumen.

0 Komentar